Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Cinta yang Lebih Baik...

Kompas.com - 13/01/2008, 11:20 WIB

Di seluruh dunia, seperti dikemukakan Sekretaris Jenderal Masyarakat Kesehatan Seksual Eropa Dr John Dean, 16 persen dari laki-laki berusia 20-75 tahun mengalami gangguan ereksi. Itu berarti, 152 juta laki-laki mengalami gangguan ereksi. "Diprediksi prevalensi itu meningkat menjadi 322 juta orang tahun 2025," ujar John Dean. Jadi, kira-kira 16 persen laki-laki usia 20-75 tahun di Indonesia pun juga mengalami disfungsi ereksi.

Menurut John Dean, disfungsi ereksi ini didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten dan berulang-ulang dari laki-laki untuk mencapai dan/atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kinerja seksualnya. Kondisi ini umum terjadi pada laki-laki di atas usia 40 tahun dan kebanyakan tidak ditangani. Disfungsi ereksi ini juga meliputi kemampuan yang tidak konsisten untuk mencapai ereksi, kecenderungan untuk mempertahankan hanya ereksi yang singkat, atau ketidakmampuan total untuk mencapai ereksi.

Berbagai studi juga menunjukkan, disfungsi ereksi ini tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup laki-laki, tetapi juga kualitas hidup dan fungsi seksual pasangan perempuannya. Kepuasan seksual, yang adalah komponen kunci dari fungsi seksual, secara signifikan berkaitan dengan kepuasan perkawinan. Kepuasan dalam perkawinan itu pada gilirannya akan memiliki konsekuensi pada keseluruhan kesehatan dan kualitas hidup.

"Kemampuan ereksi ini penting untuk mewujudkan cinta yang lebih baik, for better love, karena terjadi kontak fisik yang intens," ujar Rudi Yuwana.

Dewasa ini sudah dibuat cara untuk mengukur disfungsi ereksi dari perspektif perempuan. Metode tersebut dikembangkan Prof Eusebio Rubio-Aurioles, Presiden Asosiasi Kesehatan Seksual Dunia, John Dean, dan kawan-kawan. Metodenya disebut Fame, akronim dari The Female Assessment of Male Erectile Dysfunction Detection Scale atau Skala Deteksi Penilaian Perempuan Atas Disfungsi Ereksi Laki-laki.

"Dari hasil riset menunjukkan bahwa sensitivitas Fame lebih tinggi daripada metode sebelumnya, yakni SHIM (Sexual Health Inventory for Men)," ujar Prof Eusebio.

Riset tersebut mengonfirmasi bahwa deteksi disfungsi seksual oleh pasangan seksual mereka sangat dimungkinkandengan catatan hal ini hanya berlaku untuk pasangan heteroseksual, bukan homoseksual.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com