Salin Artikel

HUT Ke-78 PWI: Berpikir Kritis dan Jurnalisme Kekinian

Berpikir kritis sangat penting bagi wartawan untuk menguji kebenaran informasi sebelum dikemas menjadi berita.

Apalagi sekarang berseliweran kabar palsu, informasi menyesatkan, kemampuan membaca dan menulis dengan kritis menjadi sangat penting.

Berpikir kritis akan membantu wartawan menemukan kebenaran dan membedakan mana yang benar dan tidak. Semua harus dilihat dengan skeptis dan pikiran njlimet (menyeluruh).

“Wartawan itu cerewet, pengecam, penasihat, pengawas, penguasa dan guru bangsa. Empat surat kabar musuh lebih aku takuti daripada seribu bayonet,” kata Napoleon Bonaparte dalam kutipannya yang tersohor.

Napoleon (1769- 1821), sang kaisar dan komandan militer Perancis menggambarkan wartawan sebagai sosok yang cerewet.

Kecerewetan itu pantulan dari pikiran kritis. Bukan itu bukan ini, tapi yang lain, yang benar. Pikiran kritis (critical thinking) digunakan untuk menggali informasi yang benar.

Untuk menjaga wartawan tetap berpikir kritis dan mengikuti perkembagan teknologi terkini, PWI Pusat bekerja sama dengan seluruh PWI provinsi menyelenggarakan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) versi baru.

SJI yang didesain sebagai mobile school (sekolah keliling) yang didirikan PWI telah dibuka oleh Menteri Pendidikan, Kabudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, 6 Februari 2024 di Gedung PWI Jawa Barat, Jalan Wartawan II, Bandung.

Menurut Direktur SJI Ahmed Kurnia, sekolah jurnalisme ini dikatakan versi baru karena mengajarkan jurnalisme kekinian, multi tasking, dan critical thinking.

Kritis terhadap informasi dari segala arah, termasuk informasi yang disebarkan melalui kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang berpotensi mengandung hoax.

Penyelenggaraan pendidikan model baru ini juga disampaikan dalam laporan Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun dalam acara ulang tahun PWI ke-78 di kantor PWI Pusat, Jakarta, Jumat (9/2/2024).

Ulang tahun PWI yang ditandai pemotongan tumpeng, bersamaan dengan Hari Pers Nasional, 9 Februari, dihadiri antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Ketua Dewan Pers Dr Ninik Rahayu, SH, MS, Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat Sasongko Tedjo, Ketua Dewan Penasehat PWI Pusat H. Ilham Bintang, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, sejumlah tokoh pers, perwakilan organisasi pers, dan jajaran pengurus PWI.

Dalam kesempatan terpisah, Hendry Ch Bangun berharap melalui SJI, semua wartawan di seluruh Indonesia mampu bekerja dengan nalar kritis, sekaligus memiliki wawasan kebangsaan.

Dengan daya nalar kritis, pers dituntut mampu mem-verifikasi kebenaran informasi sebelum menjadikan informasi sebagai berita media massa.

Untuk menghasilkan berita yang tidak asalan, wartawan perlu merancang pertanyaan kritis dalam wawancara. Banyak mengajukan pertanyaan “mengapa (why), selain “apa, kapan, di mana, siapa, dan bagaimana”.

Bahkan wartawan juga harus kritis antara lain dengan membongkar opini yang seringkali tersembunyi dalam kata sifat.

Misalnya kata sifat “kaya”, perlu dibongkar seperti apa yang dimaksud dengan kata “kaya” yang digunakan untuk kata sifat seseorang.

Karena kata sifat mengandung opini, maka kata sifat sebaiknya dihindari. Kata sifat antara lain, hebat, baik, luar biasa, cantik, indah, ramah, mudah, sulit, kotor, segar, buruk, murah, mahal, besar, kecil, sopan, tidak sopan, dan santun.

Boleh menggunakan kata sifat, asalkan dengan menunjukkan fakta-faktanya secara memadai. Lebih baik mengganti kata sifat dengan kata kerja dan kata benda yang jelas.

Misalnya, kata sifat “kaya” diurai dengan kata kerja dan kata benda. Kata “kaya” bisa diganti dengan “mempunyai 10 rumah masing-masing seharga”.

Dengan menguraikan kata sifat, wartawan tidak mudah terjebak dalam permainan kata. Misalnya, ada yang mengatakan calon wakil presiden A tidak sopan.

Kata “tidak sopan” harus dijelaskan atau didiskripsikan dan atau dinarasikan, supaya wartawan tidak ikut beropini.

“Ketika kamu menggunakan kata sifat, kamu akan berisiko menyelipkan opinimu ke dalam cerita,” kata Carole Rich dalam bukunya Writing and Reporting News, A Coaching Methode, Wadsworth Chengage Learning, 2010.

Wartawan dalam kode etik jurnalistik tidak boleh menulis opininya sendiri. Wartawan hanya melaporkan kejadian, dengan keadaan apa adanya dengan sudut pandang yang menarik.

Bahkan dalam menulis feature, misalnya, wartawan dituntut mempunyai kemampuan menarasikan suatu kejadian atau keadaan yang dilihatnya sendiri atau berdasarkan interview yang sangat detail.

Tulisan narasi, suatu tulisan bertutur yang dramatik, merekonstruksi kejadian, untuk mengajak pembaca seakan-akan menjadi saksi atau menyaksikan kejadian yang sedang dituturkan penulis.

Wartawan juga dituntut mampu menyampaikan informasi dengan gaya diskripsi. Walaupun feature ditulis dengan menggunakan diskripsi dan terasa seperti novel, bahan utamanya tetap serangkaian fakta (non-fiction), bukan fiction seperti novel.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/12/12082891/hut-ke-78-pwi-berpikir-kritis-dan-jurnalisme-kekinian

Terkini Lainnya

Kementan Keluarkan Rp 317 Juta untuk Keperluan Pribadi SYL, termasuk Umrah, Bayar Kiai dan “Service Mercy”

Kementan Keluarkan Rp 317 Juta untuk Keperluan Pribadi SYL, termasuk Umrah, Bayar Kiai dan “Service Mercy”

Nasional
Yusril Disebut Mundur dari PBB karena Akan Masuk Pemerintahan Prabowo, Gerindra: Belum Tahu Ditempatkan di Mana

Yusril Disebut Mundur dari PBB karena Akan Masuk Pemerintahan Prabowo, Gerindra: Belum Tahu Ditempatkan di Mana

Nasional
Cerita Pejabat Kementan Terpaksa Penuhi Permintaan SYL saat Tak Ada Anggaran

Cerita Pejabat Kementan Terpaksa Penuhi Permintaan SYL saat Tak Ada Anggaran

Nasional
Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Pertamina Renjana Cita Srikandi, Wujud Komitmen Majukan Perempuan Indonesia

Nasional
Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Pilkada Jakarta Punya Daya Tarik Politik Setara Pilpres, Pengamat: Itu Sebabnya Anies Tertarik

Nasional
Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Pejabat Kementan Sempat Tolak Permintaan Rp 450 Juta dan iPhone untuk SYL

Nasional
Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Hadiri WWF 2024, Puan Tegaskan Komitmen Parlemen Dunia dalam Entaskan Persoalan Air

Nasional
Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatinan

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut Para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke