Salin Artikel

Lewat Program Unggulan untuk Masyarakat, Partai Gelora Optimistis Bakal Lolos ke Senayan

KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik optimistis bahwa pihaknya akan lolos ke Senayan dengan mencapai parliamentary threshold atau ambang batas parlemen yang disepakati, yakni 4 persen.

Keyakinan tersebut didasarkan pada berbagai program unggulan yang digelontorkan Partai Gelora, seperti program berantas buta huruf Al-Quran untuk pemilih muslim, kuliah gratis untuk pemilih muda, nutrisi ibu hamil, serta susu dan makan siang gratis untuk pemilih perempuan.

“Jadi secara presentasi, Partai Gelora sudah hampir 4 persen. Kami punya self-confidence untuk mengatakan, per hari ini kami (sudah mencapai) 3 persen. Tinggal mencari 1 persen lagi agar bisa lulus parliamentary threshold. Saya kira, ini akan kami perjuangkan,” ujar Mahfuz dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Partaigelora.id, Sabtu (10/2/2024).

Pernyataan tersebut disampaikan Mahfuz dalam diskusi Gelora Talks bertajuk “Peluang Partai Baru Lolos ke Senayan”, Rabu (10/1/2024). Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Riset Median Ade Irfan Abdurahman, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Cheryl Tanzil, dan Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana.

Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai respons terhadap hasil survei Media Survei Nasional (Median) yang telah dirilis pada Senin (8/1/2024), yang memprediksi bahwa Partai Gelora dan PSI memiliki peluang untuk lolos ke Senayan karena tren elektabilitasnya terus mengalami peningkatan.

Mahfuz menyatakan bahwa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 akan menjadi "game changer landscape" hasil Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 dan konfigurasi kekuatan politik di Indonesia.

“Jangan-jangan (ironisnya) nanti setelah Pemilu 2024 pada Februari akan ada sejumlah partai baru yang masuk Senayan dan partai lama keluar Senayan,” katanya.

Menurut Mahfuz, banyak variabel baru yang akan memengaruhi hasil Pemilu 2024 akibat penggabungan pelaksanaan pileg dan pilpres secara serentak, termasuk pembentukan koalisi baru yang akan berlangsung secara permanen.

"Koalisi yang akan dibangun cenderung permanen, bukan hanya konsolidasi setiap lima tahun, tapi konsolidasi untuk empat pemilu. Sehingga kemungkinan besar ada partai baru yang masuk dan partai lama yang keluar dari Senayan," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Mahfuz, partai politik (parpol) harus cerdas sejak awal dalam menilai Pemilu 2024, termasuk dalam menentukan arah koalisi yang akan diambil.

Pasalnya, format koalisi akan terkonsolidasi dalam satu kekuatan politik yang hadir di eksekutif dan legislatif dan akan terbentuk secara permanen.

“Makanya, kami sayangkan kalau ada partai yang tidak ikut koalisi dan fokus pada pileg saja. (Mereka) yang ikut koalisi saja, kalau salah pilih koalisi juga akan mematikan masa depannya sebagai sebuah partai. Jadi, memang partai politik harus mengambil pilihan cerdas,” kata Mahfuz.

Dalam situasi krisis global saat ini, lanjut dia, Indonesia harus melompat ke depan agar menjadi negara besar dan menjadi kekuatan kelima dunia.

Namun, ide besar tersebut hanya dapat terwujud jika ada satu formasi kekuatan politik nasional yang permanen.

“Pemilu 2024 (akan) menjadi tulang punggung untuk menyusun tentang Indonesia masa depan,” ucapnya.

Mahfuz berharap bahwa Partai Gelora dan PSI dapat menjadi tulang punggung dari kekuatan politik nasional yang baru bersama-sama di Senayan.

“Partai Gelora membawa pikiran-pikiran baru dari masyarakat Indonesia, sehingga bisa menjadi bagian dari tulang punggung kekuatan politik baru nasional. Mudah-mudahan Partai Gelora dan PSI bisa terus bersama-sama,” jelasnya.

Mulai diserap publik

Sementara itu, Direktur Riset Median Ade Irfan Abdurahman mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan survei terkait potensi partai baru masuk Senayan sudah dilakukan sejak November 2022.

“Pada saat itu, kami bertanya (kepada responden), ‘Bagaimana menurut pendapat Anda apakah parpol baru dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang akan dihadapi ke depan?’. (Responden) yang menjawab setuju kurang lebih 40,6 persen,” imbuhnya.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa partai baru memiliki potensi untuk mengatasi tantangan di masa mendatang.

Data survei tersebut juga terus diperbarui oleh Median hingga November-Desember 2023.

“Terakhir kami lakukan pengambilan data dari tanggal 12 Desember 2023 sampai tanggal 1 Januari 2024 ada 1.500 responder yang kami tanya. Kami juga telah tetapkan 10 besar elektabilitas pemilu legislatif saat ini,” jelas Ade Irfan.

Adapun sepuluh besar elektabilitas untuk pemilu legislatif saat ini, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan persentase 20,8 persen, Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 20,1 persen, Golongan Karya (Golkar) 8,5 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 8,0 persen.

Kemudian, Partai Nasional Demokrat (NasDem) 7,6 persen, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 5,4 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 4,1 persen, Demokrat 4,0 persen, PSI 2,9 persen, dan Partai Gelora 2,8 persen.

“Dan ini menariknya ada dua partai nonparlemen, yaitu PSI dan Partai Gelora. PSI dari 1,7 persen pada bulan November (meningkat) menjadi 2,9 persen pada bulan Desember, (sementara) Partai Gelora dari 1,6 persen menjadi 2,8 persen. Jadi, dalam kurun waktu satu bulan, kedua partai ini mengalami kenaikan lebih dari 1 persen,” tutur Ade Irfan.

Menurut survei Median, lanjut dia, terdapat peningkatan signifikan dalam elektabilitas PSI dan Partai Gelora.

Peningkatan tersebut sangat luar biasa, sehingga menimbulkan keingintahuan publik, termasuk Median.

“Apa sih alasannya memilih kedua partai ini? Kalau di PSI itu alasan memilihnya yang paling dominan ada anak muda, serta ada Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka. Sedangkan dari Gelora, alasan memilihnya itu, karena (mereka) suka program dan janjinya,” ucap Ade Irfan.

Ia menilai bahwa ada upaya sosialisasi yang massif dari kader dan calon legislatif (caleg) Partai Gelora dalam satu bulan terakhir, sehingga program-program ini mulai diserap dan diterima oleh publik.

Menurut Ade Irfan, hal tersebut sangat menarik terutama dalam konteks pemilu serentak saat ini.

“Biasanya, orang jarang melihat ada program-program yang ditawarkan parpol yang sudah ter-capture. Salah satu yang diingat oleh publik adalah kuliah gratis,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ade Irfan mengatakan bahwa faktor popularitas Ketua Umum (Ketum) Partai Gelora, Anis Matta dan Wakil Ketua Umum (Waketum) Fahri Hamzah juga berkontribusi terhadap tren kenaikan elektabilitas Partai Gelora, selain faktor-faktor di lapangan.

Dengan demikian, sebut dia, dari survei Median disimpulkan bahwa ada dua partai nonparlemen yang kemungkinan besar masuk ke dalam ambang batas elektoral, asalkan mereka tetap konsisten dengan strategi yang telah mereka terapkan dalam satu bulan terakhir ini.

"Kalau mereka konsisten, elektabilitas PSI dan Partai Gelora akan terus meningkat, dan tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke Senayan, karena jaraknya (mendekati ambang batas) sudah tinggal sedikit lagi," tuturnya.

Lebih percaya diri

Pada kesempatan yang sama, Ketua DPP PSI Cheryl Tanzil menyatakan bahwa dalam Pemilu 2024, pihaknya merasa lebih percaya diri dan optimistis untuk dapat masuk ke parlemen.

Perombakan dalam kepengurusan inti, terutama penunjukan Kaesang selaku anak dari Jokowi sebagai ketua umum, memberikan dorongan semangat dan keyakinan yang besar bagi PSI.

“Tim kami baru, pengalaman juga sudah ada sejak 2019 sehingga kami lebih optimistis. Meski muda, kami belajar cepat. Segmentasi kami sangat besar pada anak muda,” kata Cheryl.

Cheryl menjelaskan bahwa PSI mengusung ideologi yang menentang korupsi dan intoleransi.

Menurutnya, dua isu tersebut sangat diterima oleh kalangan muda.

Selain itu, jargon seperti ‘Ikut Jokowi PSI' dan 'PSI Partai Jokowi' telah membuat partai ini semakin dikenal di kalangan masyarakat luas.

“Kami dukung Prabowo bukan hanya mengejar efek ekor jas, melainkan juga karena ada anak muda, Gibran,” tutur Cheryl.

Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana menambahkan bahwa apa yang telah dilakukan PSI dan Partai Gelora sebagai partai baru telah berjalan dengan baik, hanya perlu dilanjutkan dengan konsistensi dalam implementasinya.

“Jadi saya pikir sudah sangat baik, tinggal dijalankan dan diimplementasikan secara konsisten, karena kita semua juga ingin melihat itu,” katanya.

Aditya menilai bahwa kenaikan tren elektabilitas PSI dan Partai Gelora memiliki kaitan dengan apa yang dikenal sebagai "Jokowi Effect" dalam lanskap politik Indonesia saat ini, terutama dalam konteks Koalisi Indonesia Maju yang mengusung pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Dalam konteks 2024, kata dia, efek Jokowi cukup signifikan. Partai yang bisa mendapatkan manfaat dari efek ini pasti akan memperoleh keuntungan.

“Saya kira, tentu hal ini sudah diperhitungkan Partai Gelora ketika bergabung dengan koalisi Pak Prabowo, memang efek ini yang dicari,” jelas Aditya.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/10/12432701/lewat-program-unggulan-untuk-masyarakat-partai-gelora-optimistis-bakal-lolos

Terkini Lainnya

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

Nasional
Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

Nasional
Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

Nasional
Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

Nasional
Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke