Salin Artikel

Belajar dari Ekuador, Negara Jajahan Baru Kartel Narkoba

Walaupun masih diselidiki, banyak pihak mengaitkannya dengan kebangkitan geng-geng narkoba yang sedang naik daun di Ekuador.

Villavicencio dikenal sebagai aktivis antikorupsi, termasuk antiberbagai suap yang kerap dilakukan anggota kartel terhadap penegak hukum dan pegawai pemerintah.

Villavicencio dianggap sebagai ancaman karena rekam jejaknya yang berani terhadap siapapun.

Kematian Villavicencio tidak membuat pemilu batal. Presiden terpilih adalah Noboa. Dia juga bersikap keras atas kejahatan kartel di negaranya.

Noboa menyalahkan mantan Presiden Rafael Correa yang pada kepemimpinannya dianggap gagal menahan laju perkembangan pesat kartel narkoba.

Pendahulunya Noboa, Guillermo Lasso, yang menjadi presiden pasca-Rafael Correa juga tidak berhasil menahan laju kekuatan kartel yang sudah keburu kuat.

Ekuador yang notabene produsen minyak telah gagal mengantisipasi situasi ekonomi dunia sejak 2014 karena guncangan minyak dunia.

Turunnya harga minyak membuat keseimbangan fiskal terganggu karena penerimaan berkurang secara drastis. Situasi semakin memburuk ketika pandemi covid-19 menimpa dunia.

Situasi-situasi tersebut membuat kartel berkembang dan melampaui batas. Bayangkan, belasan orang bersenjata pistol dan sesuatu yang tampak seperti dinamit memasuki area siaran langsung jaringan televisi TC di kota pelabuhan Guayaquil.

Aksi geng narkoba tersebut adalah respons atas sikap tegas pemerintah yang memuat daftar 22 geng narkoba sebagai organisasi teroris dan menjadi target militer.

Pemuatan daftar geng narkoba tersebut juga memicu kerusuhan di lapas Riobamba. Pelaku utamanya adalah geng narkoba Los Choneris pimpinan Fabricio Colon Pico.

Selama dua hari lapas tersebut sempat dikuasai para narapidana, sipir menjadi sandera.

Pico dianggap terlibat dalam rencana penyerangan terhadap jaksa agung. Tidak lama setelahnya, lima rumah sakit juga menjadi sasaran pengambilalihan oleh anggota geng narkoba.

Bahkan, belakangan, Jaksa Ekuador anti-kartel narkoba Cesar Suarez tewas ditembak ketika sedang menyelidiki kasus teror geng narkoba di stasiun TV.

Aksi keras yang sedang diterapkan pemerintah Ekuador saat ini adalah pilihan sulit yang ditempuh agar negara dianggap hadir oleh rakyatnya.

Bayangkan, angka kematian akibat kekerasan tahun lalu meningkat menjadi 8.008 kasus. Angka tersebut dua kali lipat dari kematihan pada 2022, yakni sejumlah sekitar 4.500.

Antisipasi dini yang terlambat

Tahun lalu, pascakematian calon presiden Ekuador, Julie Turkewitz dan José María León Cabrera memuat tulisan di The New York Times bahwa dalam lima tahun terakhir, industri penyelundupan narkotika telah menjadi kekuatan luar biasa di Ekuador.

Penilaian tersebut didasarkan atas bergabungnya mafia narkoba asing dengan berbagai geng di penjara dan di jalanan Ekuador.

Dalam waktu pendek, hanya beberapa tahun, geng-geng narkoba telah mengubah wajah negara, memeras bisnis, merekrut kalangan muda, menyusup ke dalam pemerintahan dan membunuh orang-orang yang menyelidiki kejahatan mereka.

Situasi tersebut dianggap mirip dengan fenomena yang terjadi di Kolombia pada 1980-an dan 1990-an. Seharusnya, apa yang terjadi di Kolombia, sebagai negara tetangga langsung Ekuador, dapat diantisipasi sejak dini.

Sebagai negara yang memiliki pelabuhan besar dan mempunyai aktivitas ekspor-impor tinggi, misalnya ekspor pisang, Ekuador tidak sejak awal melakukan pegawasan yang tinggi aktivitas di wilayah tersebut.

Alexandra Valencia and Yury Garcia menulis laporannya di Reuters.com bahwa sekitar 70 persen kokain diselundupkan dengan memanfaatkan pengiriman pisang ke luar negeri, khususnya Eropa.

Data tersebut merujuk kepada pengakuan direktur nasional antinarkotika, Pablo Ramirez pada tahun lalu.

Antisipasi lain yang seharusnya dapat dimitigasi lebih baik adalah pengawasan ketat area perbatasan, baik darat ataupun laut.

Bulan ini, Ekuador berhasil mencegat kapal selam pembawa 3,2 ton kokain di daerah laut Esmeralda. Daerah yang berjarak kurang dari 200 km dari area perbatasan laut Ekuador – Kolombia.

Jika aksi-aksi heroik dari petugas ini dilakukan sejak lima tahun lalu, mungkin situasinya tidak segenting saat ini.

Keterhubungan yang telah masif antara geng narkoba lokal Ekuador dengan geng narkoba di Kolombia, Peru, Meksiko, dan Eropa tentu membuat situasi pengendalian menjadi semakin rumit.

Membersamai warga, memerangi kartel

Situasi rumit yang saat ini dihadapi Ekuador, harus dihadapi secara bersama dan simultan terhadap dua isu, pertama konsistensi penegak hukum dan kedua perlindungan terhadap masyarakat.

Infiltrasi kartel ke dalam pemerintahan dan petugas kepolisian atau militer adalah satu isu yang harus benar-benar dibersihkan. Kehadiran negara dianggap eksis jika aparatnya bersih dan tidak terbeli oleh geng narkoba.

Indikasinya adalah penegak hukum konsisten dalam perang melawan geng kartel. Kalaupun ada oknum yang terlibat, ketika terbukti terlibat, maka dia tidak akan lepas dari hukuman.

Sementara isu kedua adalah adanya perasaan aman dan nyaman bagi warganya. Pemaksaan oleh kartel terhadap warga agar terlibat dalam geng narkoba adalah musibah besar. Warga dibuat tidak berdaya dengan situasi tersebut.

Maka, alat negara harus bisa membersamai warganya sehingga kartel tidak begitu saja memaksa warganya untuk terlibat.

Jika isu ini masih belum terwujud, maka ketidakpercayaan warga terhadap negara akan semakin besar. Tentu ini akan menjadi masalah sendiri.

Belajar dari pengalaman pahit Ekuador

Kita, Indonesia, harus belajar atas situasi rumit seperti yang terjadi di Ekuador. Kelompok pengedar narkoba tidak boleh nyaman dalam melakukan aktivitas kejahatannya.

Sikap abai terhadap gejala-gejala kejahatan tertentu yang berpotensi menjadi besar akan berakibat fatal.

Pemetaan terhadap daerah rawan penyelundupan harus dilakukan agar kerja-kerja pengawasan dan pengendalian peredaran narkoba dapat dilakukan dengan maksimal. Begitu juga pemetaaan titik rawan perekrutan petugas penegak hukum.

Proteksi penegak hukum menjadi sangat penting karena petugas, apalagi bersenjata, akan menjadi musuh yang masif jika sudah menjadi bagian dari geng narkoba.

Apa yang terjadi di Myanmar, sebagai salah satu produsen utama methamphetamine yang masuk ke Indonesia, saat ini mengalami situasi yang rumit di antaranya karena persoalan narkoba yang tidak terkendali.

Produksi heroin, sabu, dan ekstasi disinyalir menjadi cara mereka mendapatkan pendanaan atas perang saudara di negara tersebut.

Pelajaran dari Ekuador atau negara-negara ‘gagal’ lain dalam menghadapi masalah narkoba harus menjadi pijakan bagaimana kita menghadapi situasi kejahatan narkoba di Indonesia sejak dini.

Memang tidak mungkin menghilangkan peredaran gelap narkoba di Indonesia. Namun mengendalikan agar situasi kejahatan narkoba tidak terus memburuk seperti yang terjadi di Ekuador, negara jajahan baru kartel narkoba di Amerika Latin, adalah sesuatu yang dapat kita lakukan.

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/29/16001351/belajar-dari-ekuador-negara-jajahan-baru-kartel-narkoba

Terkini Lainnya

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Nasional
PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu 'Track Record' Pemberantasan Korupsinya

PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu "Track Record" Pemberantasan Korupsinya

Nasional
Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Nasional
Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Nasional
Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Nasional
Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Nasional
Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Nasional
Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Nasional
Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Nasional
Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Nasional
PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

Nasional
Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Nasional
Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Nasional
PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

Nasional
Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke