Kali ini, ia menceritakannya saat mengikuti forum Coffee Morning bersama ratusan mahasiswa Universitas Al-Muslim di Kabupaten Bireun, Aceh, Rabu (6/12/2023).
Mulanya, pria yang karib disapa Cak Imin mengingatkan mahasiswa untuk setia menjalani minat atau panggilannya.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menceritakan soal panggilannya saat kuliah adalah menurunkan rezim Presiden Soeharto.
“Kenapa dulu Pak Harto harus jatuh? Kita dulu zaman mahasiswa kumpul begini enggak boleh,” ujar Muhaimin.
Tak hanya itu, Muhaimin menceritakan bahwa rezim Orde Baru juga melarang mahasiswa untuk membaca buku tertentu, salah satunya berbagai novel karangan sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.
“Baca buku Pramoedya Ananta Toer dulu enggak boleh, ditangkap, disita bukunya. Padahal, bukunya novel indah, tapi yang nulis dianggap punya cacat politik,” katanya.
Muhaimin mengungkapkan, karya-karya Pramoedya dibatasi karena dituding menjadi bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di satu sisi, selain berisi romansa, novel Pramoedya juga memantik sikap kritis pembacanya.
“Dulu yang enggak boleh bersikap kritis, passion saya waktu mahasiswa gimana caranya Pak Harto ganti, gimana caranya Orde Baru ganti,” ujarnya.
Terakhir, Cak Imin menekankan bahwa saat ini panggilannya untuk berjuang adalah memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bersama Anies Baswedan.
“Kalau passion sekarang bagaimana caranya saya dan Mas Anies menang di 2024,” kata Muhaimin.
Pramoedya sendiri berkali-kali menjadi kandidat peraih nobel sastra, meskipun gelar itu tak pernah diterimanya sampai meninggal di tahun 2006.
Saat menjabat sebagai Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sempat meminta maaf pada Pramoedya karena perilaku Orde Baru yang memenjarakannya belasan tahun tanpa pengadilan.
https://nasional.kompas.com/read/2023/12/06/14022301/ngopi-bareng-mahasiswa-di-aceh-cak-imin-cerita-soal-represifnya-orde-baru