Salin Artikel

Pertemuan Ganjar-Mahfud dan Kisah Kegagalannya Jadi Cawapres Jokowi

Adapun pertemuan tersebut berlangsung di Jakarta, Minggu (10/9/2023). Momen pertemuan ini bahkan diunggah oleh Ganjar dalam akun Instagramnya, @ganjar_pranowo pada hari yang sama.

Ternyata, unggahan tersebut membuat publik menerka-nerka jika Mahfud akan dipinang Ganjar menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres).

Namun demikian, Mahfud mengatakan bahwa pertemuannya dengan Ganjar tak membahas soal cawapres. Bahkan, ia membantah adanya anggapan tawaran untuk menjadi cawapres Ganjar.

"Enggak (tidak membahas soal cawapres). Enggak (tidak diajak). Kita tahu bahwa keputusan itu ada di pimpinan partai dan pimpinan partai sudah punya pertimbangan-pertimbangan dan ukuran-ukuran sendiri. Oleh sebab itu, kita enggak bicara soal capres, cawapres," ujar Mahfud di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (11/9/2023).

Selain bertemu Ganjar, Mahfud baru-baru ini juga bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.

Mahfud mengatakan, pertemuan tersebut juga tidak membicarakan soal Pilpres 2024. Meski demikian, Mahfud mengaku, ada sejumlah hal terkait politik yang dibahas dari pertemuan tersebut.

Di sisi lain, isu Mahfud dikaitkan sebagai cawapres Ganjar mengingatkan publik ketika ia hampir dipinang menjadi cawapres Joko Widodo di Pilpres 2019.

Berikut cerita Mahfud yang nyaris menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019:

Apalagi, pihak istana juga telah memberi lampu hijau dengan meminta Mahfud mempersiapkan diri. Mahfud bahkan diminta menjahit baju untuk kegiatan konvoi.

Seiring berjalannya waktu, isu Mahfud bakal menjadi cawapres Jokowi kian menguat ketika ia mendatangi sebuah restoran di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (9/8/2018) sore.

Di waktu yang sama, Jokowi juga tengah berkumpul bersama para pimpinan partai politik pendukungnya di Restoran Plataran, Jalan HOS Tjokroaminoto, Menteng.

Ketika itu, Mahfud sudah mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Warna pakaian yang dikenakan Mahfud sama dengan yang dipakai Jokowi dalam pertemuan di Restoran Plataran.

Di restoran tersebut, Mahfud ditemani para relawan, salah satunya Ruhut Sitompul. Tetapi, sekitar pukul 17.25 WIB, Mahfud tiba-tiba beranjak dari lokasi tanpa meninggalkan alasan.

"Nanti yah, saya pulang dulu," ujar Mahfud ketika itu.

Kepergian Mahfud dari lokasi tersebut seolah menjadi pertanda sudah ada keputusan politik mengenai sosok pendamping Jokowi.

Benar saja, di Restoran Plataran, Jokowi mengumumkan bahwa nama cawapresnya ialah Ma'ruf Amin yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Saya memutuskan dan telah mendapat persetujuan dari partai-partai koalisi yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Kerja bahwa yang akan mendampingi sebagai calon wakil presiden adalah Profesor Kiai Haji Ma'ruf Amin," ujar Jokowi kala itu.

Pengumuman ini sangat mengejutkan lantaran Mahfud sebelumnya telah mempersiapkan diri, termasuk mengenakan pakaian yang seragam dengan Jokowi.

Akan tetapi, dengan posisi strategis yang diembannya tetap menyisakan teka-teki penyebab kegagalannya menjadi cawapres Jokowi.

Saat itu, tak sedikit yang menyebut biang keladi dari kegagalannya menjadi cawapres Jokowi karena adanya penolakan dari salah satu parpol.

"Perlu saya klarifikasi. Saya memang mendengar dari Bang Akbar Tandjung, katanya memang Golkar termasuk yang menolak saya jadi wapres, karena dulu (dibilang) saya ikut Gus Dur (Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid) mau membubarkan Golkar. (Tapi) saya bantah," kata Mahfud dalam wawancara khusus dengan Kompas.com di Kantor Kemenko Polhukam, pada 5 Desember 2019.

Menurut Mahfud, di dalam buku yang diterbitkan pada 2003, ia justru menjadi pihak yang paling keras menolak rencana Gus Dur mengeluarkan dekrit untuk membubarkan Golkar.

Ia menilai, kondisi Gus Dur berbeda dengan Presiden Sukarno saat hendak membubarkan parpol. Ketika itu, Bung Karno mendapat dukungan penuh dari tentara dan polisi. Namun tidak demikian dengan Gus Dur.

"Bahkan, ketika Gus Dur keluarkan dekrit itu, saya di Surabaya. Saya tetap bilang, 'Jangan keluarkan'. Itu ada bukunya. Jadi, bukan saya baru bilang sekarang," ungkap Mahfud.

"Jadi kalau dibilang orang Golkar menolak saya karena dekrit itu alasannya, tidak juga, karena saya tidak setuju dekrit itu. Tapi begitu dekrit keluar, karena saya menteri, ya saya bela dong Gus Dur," imbuh dia.

"Politik begitu bisa terjadi belokan tiba-tiba. Enggak apa-apa, itu biasa aja, selalu terjadi," ujar Mahfud dalam program Aiman Kompas TV yang ditayangkan Selasa (11/1/2022).

Meski demikian, pada tahun 2019 Mahfud mengakui hasratnya untuk menjadi pimpinan negara sangat besar.

"Kalau tahun 2019 saya itu bergairah, sekarang ini saya nggak. Dulu kalau ada nama muncul saya agak nggak suka, masa gitu. Dia apa lebihnya dari saya," ucap Mahfud.

Kondisi itu berbeda dengan saat ini. Sekarang, Mahfud mengaku senang jika ada nama-nama baru yang disebut potensial masuk ke bursa capres.

"Sekarang muncul nama Anies (Anies Baswedan) bagus juga, Puan (Puan Maharani) bagus juga, Ganjar (Ganjar Pranowo) bagus juga. Artinya nggak punya rasa bahwa harus berbenturan, harus apa," kata dia.

Ketika itu, Mahfud menegaskan, dirinya tidak berambisi mencalonkan diri di Pilpres mendatang. Ia mengaku akan fokus bekerja sambil melihat situasi di 2024 kelak.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu bahkan mengaku siap jika di tahun 2024 dirinya pensiun dari panggung politik Tanah Air.

"Karena begini, saya punya pengalaman ketika saya ingin menjadi sesuatu itu tidak jadi. Ketika sedang tidak ingin menjadi sesuatu jadi," katanya.

https://nasional.kompas.com/read/2023/09/12/05140071/pertemuan-ganjar-mahfud-dan-kisah-kegagalannya-jadi-cawapres-jokowi

Terkini Lainnya

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

Nasional
Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

Nasional
Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

Nasional
PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

Nasional
Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

Nasional
Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

Nasional
Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

Nasional
Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

Nasional
Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

Nasional
Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

Nasional
Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Kunker ke Sultra, Presiden Jokowi Tiba di Pangkalan TNI AU Haluoleo

Nasional
ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

ICW Kritik Komposisi Pansel Capim KPK: Rentan Disusupi Konflik Kepentingan

Nasional
Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Sekjen Gerindra Sebut Ada Nama Eksternal Dikaji untuk Bacagub DKI 2024

Nasional
Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Soal Rencana Pertemuan Prabowo-Megawati, Sekjen Gerindra: Tak Ada Komunikasi yang Mandek

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke