Debat ini penting agar calon pemilih mengetahui perbedaan visi, misi, kebijakan, program kerja serta pandangan para calon presiden/wakil presiden terhadap isu-isu yang sedang dan akan terjadi, di samping penampilan dan gaya berbicara mereka.
Setelah mengamati itu semua, pemilih dapat mencoblos “secara bertanggung jawab”, tidak asal mencoblos, atau karena ada permintaan untuk mencoblos calon tertentu dari pihak lain.
Manfaat debat
Perlukah acara debat diadakan untuk menentukan calon? Bukankah mereka sudah muncul hampir setiap hari di media massa sejak berbulan-bulan yang lalu?
Jawabnya bisa saja “tidak perlu” bagi calon pemilih yang sudah menetapkan pilihannya sejak awal. Apapun yang diucapkan oleh calonnya dan bagaimanapun penampilannya dalam debat, ia akan tetap memilihnya, tanpa perlu membandingkan dengan calon pesaingnya.
Namun, ada sekelompok calon pemilih yang mungkin masih belum menentukan pilihannya, di antaranya pemilih yang baru pertama kali memilih. Pemilih muda ini tentu akan memanfaatkan acara debat untuk menentukan pilihannya.
Pada Pemilu 2024 nanti, kelompok pemilih muda jumlahnya cukup signifikan.
Pada saat perkiraan raihan suara para paslon sangat ketat, maka perbedaan beberapa juta suara akan menentukan siapa pasangan calon yang menang. Di sinilah debat presiden menjadi sangat penting.
Bagi calon presiden/wakil presiden, acara debat itu dapat dimanfaatkan untuk mengoreksi pandangan yang salah terhadap dirinya, di samping tentu saja untuk menunjukkan kemampuan dan niat mereka menjalankan pemerintahan secara efektif, produktif dan bersih.
Tentu banyak juga calon pemilih yang ingin mengamati secara langsung kemampuan calon-calon presiden/wakil presiden dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
Sebelumnya mereka hanya melihat sepotong-sepotong penampilan para calon di layar televisi atau telepon genggam, yang di antaranya mungkin sudah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu.
Banyak juga orang yang ingin melihat debat presiden/wakil presiden untuk alasan lain. Saya menduga saat Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengikuti debat pemilihan perdana menteri pada 2015 lalu, banyak kaum wanita yang serius menyaksikan penampilannya, di samping tentu saja menyimak orasinya tentang isu-isu ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan sebagainya.
Pengaruh debat
Debat presiden yang paling lama 3 jam selama 3-5 kali itu tentu tidak akan mengubah drastis elektabilitas para calon dalam waktu singkat. Namun penampilan yang berbeda dari ekspektasi sebelumnya bisa membuat para pemilih mengubah pilihannya.
Contohnya adalah debat antara Wakil Presiden Richard Nixon dan Senator John F. Kennedy pada 26 September 1960. Pada debat pertama itu, Nixon terlihat kurus, wajahnya pucat, warna jasnya menyatu dengan latar belakang panggung, dan ia tidak mau wajahnya dirias agar lebih menarik di layar televisi, yang baru pertama kali diikutinya.
Faktor-faktor yang sekilas tidak penting itu ternyata menyebabkan Nixon kalah tipis dari Kennedy menurut penilaian pers.
Padahal ia sebelumnya diunggulkan untuk menang karena pengetahuannya yang luas tentang kebijakan luar negeri dan kemahirannya dalam debat di radio.
Dalam tiga debat berikutnya, Nixon memperbaiki penampilannya dengan menaikkan berat badan, mengenakan riasan televisi, dan tampil lebih kuat daripada saat debat pertama.
Para pengamat pun memenangkan Nixon untuk debat kedua dan ketiga, sedangkan debat keempat berakhir seri. Namun jumlah penonton lebih sedikit pada debat-debat ini. Nixon pun kalah dalam pemilihan presiden saat itu.
Debat presiden akan bermanfaat bagi para calon pemilih jika terkendali dan nyaman diikuti. Pertanyaan moderator seyogianya singkat namun to the point, agar jawaban tidak melantur.
Waktu untuk menjawab harus cukup, tidak dibatasi dengan hitungan detik atau menit, agar poin-poin penting dapat tersampaikan dengan gamblang. Namun alokasi waktu harus tetap adil. Dimanfaatkan atau tidak terserah masing-masing calon.
Jawaban para calon diharapkan fokus pada substansi, tidak perlu retorika atau menyerang lawan, walau inilah yang mungkin ditunggu-tunggu penonton di dalam ruangan dan di tempat-tempat nonton debat bersama.
Moderator harus netral, dan memberikan pertanyaan yang sama bobot kesulitannya kepada semua calon.
Beberapa pengunjung seyogianya dapat mengajukan pertanyaan secara langsung, di samping moderator atau panel ahli. Ini untuk memastikan bahwa berbagai perspektif dan masalah aktual diangkat dalam debat.
Sebelum acara debat dimulai, moderator perlu mengingatkan bahwa jawaban peserta debat sudah diyakini kebenarannya. Jika tidak yakin, maka perlu disebutkan dengan terus terang.
Ini berguna untuk mencegah hoaks atau informasi palsu berkembang kemudian, dan membuat orang banyak memilih secara salah.
Para calon diingatkan untuk tidak mengucapkan pernyataan atau membuat gerakan yang merendahkan atau menyerang lawan.
Ungkapan kasar, tidak santun, atau gestur yang melecehkan harus dicegah sejak awal. Intinya debat harus fokus pada substansi, dilakukan sebagai ajang tukar pikiran, tidak asal berbicara, namun juga jangan asal menjawab.
Debat yang berkualitas menonjolkan perbedaan pendapat berbasis fakta dan logika, bukan asumsi atau harapan belaka. Mungkin perlu disadari oleh para calon bahwa contoh-contoh konkret lebih bermakna daripada uraian panjang lebar.
Kehadiran tim sukses
Keberadaan tim sukses dalam debat presiden akan meramaikan suasana, dengan tepuk tangan, teriakan atau cuitan yang menggemuruh.
Namun sebaiknya hal itu dihindari, karena banyak warga ingin menyaksikan debat publik yang mengutamakan keseriusan. Debat adalah urusan logika, bukan emosi, sehingga suasana hening lebih diperlukan daripada keriuhan.
Menyaksikan debat presiden tidak sama dengan menonton pertandingan olahraga, yang memang untuk memuaskan emosi. Dan calon presiden/wakil presiden cukup datang sendiri, ditemani sedikit saja orang terdekat.
Dengan desain debat seperti itu masyarakat akan menyaksikan adu gagasan yang bermutu, dan dapat memilih pasangan calon presiden/wakil presiden yang terbaik.
https://nasional.kompas.com/read/2023/09/08/14463781/debat-capres-kurangi-gemuruh-perbanyak-waktu