Hal itu tercatat dalam data riset kesehatan dasar (Rikesda) 2013. Data itu disampaikan Imran menjelang peringatan Hari Hepatitis Sedunia yang ke-14 di Indonesia yang diperingati setiap tanggal 28 Juli.
"Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013, penderita hepatitis B dan C di Indonesia itu diperkirakan ada 20 juta orang," kata Imran dalam konferensi pers daring terkait Hari Hepatitis Sedunia, Rabu (26/7/2023).
"Yang terserang hepatitis B itu sebesar 7,1 persen atau setara sekitar 18 juta penduduk Indonesia. Kemudian, kalau hepatitis C, itu sekitar 1 persen atau sekitar 2,5 juta penduduk," ujarnya lagi.
Namun, Imran tidak mengungkap apakah Kemenkes memiliki data terkini mengenai jumlah penderita Hepatitis di Indonesia.
Imran hanya mengaku khawatir karena penyakit hepatitis juga banyak menyerang balita.
Bahkan, ia menyebut ada sekitar 4,2 persen balita terinfeksi hepatitis B di Indonesia.
"Dan saat ini, Indonesia digolongkan sebagai negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas menengah sampai tinggi," kata Imran.
Adapun Sirosis merupakan kondisi kerusakan hati yang membuat hati tidak berfungsi pada normalnya.
"(Sirosis termasuk) penyakit-penyakit yang menghabiskan biaya besar, karena nanti pengobatannya membutuhkan obat obatan laboratorium yang cukup canggih," ujar Imran.
Di luar itu, Imran berharap peringatan Hari Hepatitis Sedunia pada 28 Juli mendatang mampu mengingatkan semua pihak untuk waspada terhadap penyakit hepatitis.
Ia kemudian mengungkapkan, tujuan mengapa Hari Hepatitis Sedunia perlu diperingati secara nasional.
"Pertama, meningkatkan perhatian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat dunia terhadap penyakit tersebut. Sehingga masyarakat dapat terlibat langsung di dalam upaya pencegahan dan penggalian terhadap penyakit hepatitis," kata Imran.
https://nasional.kompas.com/read/2023/07/26/18593481/kemenkes-dari-data-rikesda-2013-penderita-hepatitis-b-dan-c-di-indonesia