Salin Artikel

Survei Litbang "Kompas": Popularitas Parpol Kian Diperhitungkan Jadi Alasan Memilih pada Pemilu 2024

Hasil survei memperlihatkan bahwa 34,1 persen responden melihat tokoh yang kuat dalam memilih suatu parpol.

Akan tetapi, kini faktor sosok bukanlah satu-satunya alasan publik dalam memilih partai.

Di luar sosok, muncul sejumlah alasan yang menarik dilihat dari pola pilihan publik setelah faktor ketokohan.

Sebanyak 14,2 persen responden mengaku memilih sebuah partai politik dengan alasan popularitas.

Padahal, jika dibandingkan dengan survei Litbang Kompas pada Januari 2023, popularitas partai hanya menjadi alasan sekitar 8,7 persen responden saja.

Pada survei Januari 2023, alasan kedua publik dalam memilih parpol terkait program kerja partai yang angkanya 14 persen.

"Hal ini mengindikasikan pula adanya upaya-upaya lebih giat yang dilakukan berbagai parpol untuk merebut perhatian publik. Hal ini tampaknya bisa menjelaskan juga adanya partai-partai yang tidak memiliki sosok sentral, tetapi tetap mendapatkan elektabilitas yang mapan," ujar peneliti Litbang Kompas, Vincentius Gitiyarko, dilansir Kompas.id, Senin (5/6/2023).

Hasil ini dinilai tak terlepas dari sosialisasi parpol terhadap calon pemilihnya yang bisa dilakukan secara masif di dalam era digital dan media sosial seperti sekarang, sosialisasi partai.

Vincentius juga menganggap ini bisa menjadi langkah alternatif untuk meningkatkan "engagement" antara parpol dan publik, khususnya untuk parpol yang belum memiliki tokoh kuat untuk memantapkan posisi politiknya.

Kian pentingnya popularitas sebagai alasan penting akseptasi publik terhadap sebuah parpol semakin menguat jika melihat data sebaliknya.

Survei Litbang Kompas Mei 2023 ini menunjukkan bahwa ketidakpopuleran sebuah partai menjadi alasan teratas resistensi publik. Sekitar 24,8 persen responden mengaku tidak memilih sebuah parpol karena kurang populer ataupun belum terkenal.

Dengan selisih yang tak terlalu jauh, 24,4 persen responden mengaku tidak memilih partai politik karena alasan tidak menyukai tokoh partai ataupun juga karena tidak ada tokoh berpengaruh dalam partai.

"Angka ini makin menguatkan hipotesis dari sisi akseptasi bahwa popularitas partai tetap diperhitungkan. Tampak dari sisi resistensi, meskipun alasan tokoh menurun terdistribusi ke alasan lain, seperti ideologi (12,7 persen), ketidakcocokan sejak dulu (8,7 persen), dan kurang jelasnya visi dan misi (8,1 persen), tetapi alasan popularitas partai tetap mendapat tempat penting," ujar Vincentius.

Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi Indonesia.

Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error lebih kurang 2,8 persen.

https://nasional.kompas.com/read/2023/06/05/11440361/survei-litbang-kompas-popularitas-parpol-kian-diperhitungkan-jadi-alasan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke