Salin Artikel

25 Tahun Reformasi: Saat Soeharto Bacakan Pidato Pengunduran Diri di Istana Merdeka

Pidato yang dibacakannya dari Istana Merdeka, Jakarta, itu menandai berakhirnya kekuasaan Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun.

Selain menyampaikan pengunduran diri secara resmi, Pak Harto-sapaan akrab Soeharto, juga menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden saat itu, BJ Habibie.

Wartawan Harian Kompas, Joseph Osdar menjadi saksi dari peristiwa bersejarah tersebut.

Osdar yang saat itu bertugas meliput di Istana Kepresidenan membagikan pengalamannya saat menyaksikan Presiden Soeharto membacakan pidato terakhir Soeharto.

Menurut Osdar, pada Kamis dini hari, ia mendapat kepastian kabar bahwa Soeharto akan mengundurkan diri.

Informasi menyebutkan bahwa Bapak Pembangunan tersebut akan menyatakan pengunduran dirinya pada Kamis pagi.

Oleh karenanya, pada Kamis pagi-pagi benar, Osdar langsung bergegas menuju Istana Kepresidenan.

"Hari Kamis tanggal 21 itu saya dapat kontak dari Istana bahwa Pak Harto mau mundur. Nah, waktu itu saya cepat-cepat datang," ujar Osdar dalam sesi wawancara khusus dengan Kompas.com pada Senin (15/5/2023).

Saat tiba di Istana, dilihatnya para pejabat sudah berkumpul di Istana Merdeka. Tepatnya, di Ruang Kredensial.

Mereka yang berkumpul antara lain Wakil Presiden BJ Habibie dan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Wiranto.

Para jurnalis Istana juga berkumpul di ruang yang sama. Tak berapa lama kemudian Soeharto masuk ke ruang kredensial.

Berpakaian setelan hitam dan memakai peci hitam, Soeharto memakai kacamatanya terlebih dulu sebelum berpidato.

"Nah di situlah, saat itu Pak Harto mengumumkan mundur dan digantikan Pak Habibie," kata Osdar.

Isi pidato pengunduran diri Soeharto

Osdar mengungkapkan, pidato pengunduran diri yang disampaikan Soeharto tepat pukul 09.00 WIB itu tidak terlalu panjang.

Kira-kira hanya perlu waktu 10 menit Soeharto membacakan pidato terakhirnya sebagai Kepala Negara. Berikut ini isi lengkap pidato pengunduran diri Soeharto:

"Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut, dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi tersebut perlu dilaksanakan secara tertib, damai dan konstitusional demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII.

Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.

Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara yang sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.

Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945, dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.

Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia, saya sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang juga adalah pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. H. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003.

Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini, saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangannya.

Semoga Bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 45-nya.

Mulai ini hari Kabinet Pembangunan ke VII demisioner dan pada para menteri saya ucapkan terima kasih.

Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, maka untuk menghindari "kekosongan" pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya Saudara Wakil Presiden sekarang juga agar melaksanakan pengucapan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung Republik Indonesia".

Soeharto Salami Habibie, lambaikan tangan ke jurnalis

Setelah membacakan pidato, Soeharto bersiap menyaksikan pelantikan BJ Habibie selaku Presiden RI yang menggantikannya.

Pelantikan digelar pukul 09.10 WIB dan dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung (MA) saat itu, Sarwata.

Habibie pun mengucapkan sumpah jabatan sebagai Presiden ke-3 RI.

Dilansir dari arsip video pemberitaan media, Soeharto menyaksikan pelantikan Habibie dengan seksama.

Kedua tangan Soeharto ditelungkupkan ke depan. Ekspresi wajahnya tetap tenang, walau beberapa kali sempat terlihat sedikit menunduk.

Setelah Habibie dilantik sebagai Presiden, Soeharto pun menyalaminya. Ekspresi wajah Soeharto tetap tenang dan tersenyum.

Kemudian, Soeharto juga menyalami beberapa pejabat Mahkamah Agung yang berada di Ruang Kredensial Istana Merdeka.

Tak lupa, kepada para fotografer dan jurnalis, Soeharto memberikan senyum dan melambaikan tangannya.

Setelah itu, Soeharto bergegas menuju ruang belakang Istana Merdeka didampingi oleh putrinya, Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut Soeharto).

Joseph Osdar yang menyaksikan saat-saat Soeharto lengser pun mengakui ketenangan jenderal bintang lima tersebut.

Menurut Osdar, saat itu ekspresi Pak Harto tetap tenang seperti biasanya.

"Kalau saya lihat, Pak Harto biasa-biasa saja ya. Ya menyampaikan pidato. Setelah pidato, lalu masih menghadiri pelantikan Pak Habibie sebagai Presiden," kata Osdar.

"Pak Habibie dengan gaya khasnya disumpah jabatan. Saat itu, Pak Wiranto sebagai Panglima ABRI juga memberikan pernyataan bahwa akan mendukung pemerintahan baru tapi juga akan melindungi Pak Harto," ujarnya lagi.

Soeharto langsung pulang ke kediamannya di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, didampingi putrinya Tutut Soeharto.

"Pak Harto keluar dari Istana Merdeka terus pulang sama Mbak Tutut ke Cendana. Saya lihat saat itu tidak ada yang mendampingi. Enggak tahu ya kalau setelahnya," kata Osdar.

Ia menuturkan, pejabat terakhir yang saat itu bersama Soeharto adalah Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid. Belakangan, Saadilah dikenal sebagai loyalis Soeharto.

Sementara pergantian kekuasaan telah resmi dilakukan, Osdar mengenang bagaimana perasaan para jurnalis yang meliput saat itu.

Menurut Osdar, usai pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan, para jurnalis sempat berpandang-pandangan.

Meski sudah lama tahu bahwa rezim Soeharto akan berakhir, para jurnalis tetap masih mencerna apa yang terjadi saat itu.

Terlebih, setelah Soeharto meninggalkan Istana, jurnalis bimbang apakah akan melanjutkan liputan ke kediaman Soeharto di Cendana atau tetap tinggal di Istana Merdeka.

"Saya berencana ke Cendana, tetapi saat itu salah satu rekan wartawan bilang kalau enggak usah ke Cendana. Sebaiknya mengikuti perkembangan di Istana saja," ujar Osdar menirukan usulan rekannya saat itu.

Akhirnya, wartawan Istana pada hari itu tetap berada di Kompleks Istana Kepresidenan untuk menunggu perkembangan selanjutnya.

Para jurnalis pun duduk-duduk di koridor yang berada di dekat Wisma Negara.

Mereka berkumpul sambil mencari informasi siapakah para menteri yang akan dilantik untuk kabinet BJ Habibie keesokan harinya.

"Di situ kita disuruh pergi sama Paspampres. Kita lalu berpindah di ruang pressroom Sekretariat Negara. Karena kita sudah dapat bocoran waktu itu Pak Prabowo (Prabowo Subianto saat itu Pangkostrad) mau datang," kata Osdar.

"Pak Prabowo mau datang ketemu Pak Habibie. Lalu, katanya Gubernur Bank Indonesia saat itu juga mau datang," ujarnya lagi.

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/21/07261011/25-tahun-reformasi-saat-soeharto-bacakan-pidato-pengunduran-diri-di-istana

Terkini Lainnya

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Angota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke