Salin Artikel

Biaya Satu Kali Survei Politik Berkisar Rp 500-700 Juta

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Philip J Vermonte mengungkapkan bahwa biaya satu kali survei politik berkisar antara Rp 500-700 juta.

"Kira-kira survei itu saya kira sekitar Rp 500-600 (juta), paling banyak 700 Rp (juta) tergantung respondennya 1.000-1.200," ujar Philip dalam acara Gaspol! Kompas.com dikutip Kamis (18/5/2023).

Biaya yang tinggi tersebut, kata Philip, lebih banyak untuk biaya logistik survei di seluruh Indonesia. Sebab, untuk mendapatkan data yang akurat melalui random sampling, survei harus mencakup seluruh Provinsi di Indonesia.

"Misalnya kalau kamu nih kalau bikin survei random, salah satu provinsi harus kena, misalnya Papua. Papua kan wilayahnya luas, random respondennya yang kamu tarik ada di pegunungan Jaya Wijaya," kata dia.

"Atau, misalnya respondennya di-random ketemunya kabupatennya jauh-jauh, misalnya di Jateng ada yang di Magelang, ada yang di mana yang jauh," sambung Philip.

Oleh sebab itu, mahalnya ongkos survei bukan untuk kantong pribadi peneliti survei, melainkan untuk biaya penyelenggaraan itu sendiri.

"Jadi mahalnya di logistik, angkanya itu uangnya habis untuk pelaksanaan. Tapi orang mikir lembaga survei biaya segitu untuk dia semua, padahal ada pengeluaran yang mahal-mahal," kata dia.

Di sisi lain, Philip mengatakan ada pilihan survei yang lebih murah biayanya, yaitu menggunakan metode telepon.

Akan tetapi, metode telepon tersebut tidak memiliki akurasi data yang baik seperti survei data lapangan yang lumrah dilakukan.

"Jadi ada survei telepon, jadi dia ngambil sampelnya dari populasi yang ada di buku telepon, itu mungkin lebih murah tapi akurasi lebih rendah," kata Philip.

"Karena mungkin kayak HP ada list-nya, kalau telepon itu kan yang ada di rumah, berarti yang masih ada yang semakin kecil yang namanya ada di buku telepon," pungkas dia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/18/14553511/biaya-satu-kali-survei-politik-berkisar-rp-500-700-juta

Terkini Lainnya

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta Bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan agar Anggaran Tidak Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar, tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke