Salin Artikel

Hajat Besar Pasca-Lebaran

Saya pun bersyukur telah dapat dikunjungi dan mengunjungi kerabat dekat dengan lancar. Kunjungan yang tertunda selama 2-3 tahun sebelumnya karena pandemi telah terlunasi pada Lebaran kali ini.

Rasa syukur juga muncul dengan terjaganya kedamaian di masyarakat, khususnya terkait adanya perbedaan penentuan hari Lebaran.

Perbedaan itu sebelumnya cukup menghebohkan, menimbulkan kekhawatiran ada perlakuan yang di luar kepatutan terhadap kelompok lain yang berbeda paham.

Rupanya hal itu tidak terjadi. Umat yang merayakan 1 Syawal pada Jumat (21/4/2023), dapat melakukan shalat Id dengan lancar, damai, dan gembira.

Perbedaan yang sebelumnya berkembang agaknya terbatas pada lingkup wacana atau pemikiran. Tidak sampai mengganggu aktivitas peribadatan secara pribadi atau kelompok.

Barangkali orang luar menganggap bangsa Indonesia ini aneh. Agamanya sama, namun hari Lebarannya berbeda. Itu pun disebabkan perbedaan kriteria teknis, yaitu kapan saat terjadi pergantian hari, yang bukan masalah prinsip, yaitu ibadah puasa itu sendiri.

Perbedaan prinsip pun sebetulnya bisa didamaikan. Seperti Arab Saudi dan Iran, yang sebelumnya tampak tidak bisa akur.

Maka kita boleh optimistis bahwa suatu saat akan terjadi kesamaan hari Lebaran secara permanen di negeri ini. Yaitu ketika keinginan mengutamakan ide kelompok dalam menentukan kriteria tentang saat pergantian hari telah dapat diganti dengan niat ikhlas untuk menghadirkan suasana kebersamaan yang guyub senegara.

Saat itu kita telah terbebas dari kecenderungan memperbesar hal-hal yang kecil.

***

Harus diakui bahwa kejadian perbedaan pendapat yang tajam terlihat semakin biasa pada era demokrasi bebas dewasa ini, ketika hak mengutarakan pendapat dijamin oleh undang-undang.

Cukup sering terdengar orang mengatakan dengan bebas tentang tidak adanya kebebasan berbicara di negeri ini, yang tentu saja menggelikan.

Suara keras terhadap kebijakan dan tindakan penguasa sah-sah saja diucapkan, asalkan tidak menyinggung pribadi seseorang dan keluarganya.

Memang baru-baru ini ada kasus di mana seorang pemuda mengkritik kebijakan pemerintah daerah, kemudian ditegur dan diadukan oleh seseorang ke kepolisian.

Namun itu kejadian yang janggal. Sehari-hari orang telah bebas berbicara apa saja, melalui berbagai saluran. Dan pemuda tadi pun mendapat dukungan dari banyak orang, sesama warga negara yang melihat ada kesalahan dalam menyikapi kritikan itu.

Sebetulnya inilah demokrasi yang sehat, semua bebas asal berbasis hukum. Keadilan didasarkan pada fakta dan hakim memutuskan berdasarkan Kitab Hukum, setelah hati nuraninya mendengar adu argumentasi antara para pihak yang bersengketa.

Namun terkadang satu kejadian menjadi sedemikian viral, sehingga banyak orang menganggap bahwa hal itu biasa terjadi.

Maka pada saat survei jajak pendapat dilakukan, yang terungkap adalah sikap terhadap kejadian kasuistik itu, sementara praktik yang lebih umum terlupakan.

Mungkin itulah sebabnya peringkat Indonesia biasa-biasa saja dalam survei-survei yang menyangkut persepsi tentang demokrasi, hak asasi, dan politik pada umumnya, kendati kita melihat ada perubahan yang cukup besar.

Kejadian sesaat agaknya mengokupasi alam bawah sadar seorang responden sehingga tercetus begitu saja saat mendapat sejumlah pertanyaan oleh surveyor.

***

Pada Lebaran ini kita juga boleh bersyukur bahwa perjalanan pergi untuk mudik ke daerah asal yang dilakukan oleh seratusan juta orang lebih telah berlangsung dengan lancar.

Memang ada peristiwa kecelakaan lalu lintas yang menyedihkan di beberapa tempat, namun secara keseluruhan perjalanan pergi ini dapat disebut berjalan mulus.

Harapan kita adalah perjalanan pulang dari mudik pada beberapa hari ke depan, juga akan berlangsung dengan lancar dan aman, tanpa ada peristiwa kecelakaan sama sekali.

Tentunya pihak-pihak terkait telah mengatur dan mengantisipasi pergerakan yang akan dilakukan para pemudik dengan cermat untuk menjaga kelancaran dan keamanan perjalanan.

Mudah-mudahan tidak ada kejadian mendadak, yang tidak terprediksi sebelumnya, sehingga situasi menjadi tidak terkendali.

Jika sampai akhir liburan Lebaran nanti tidak ada kejadian luar biasa, maka itu akan menambah rasa syukur dan gembira kita sebagai bangsa, yang membuat optimistis kita untuk dapat mengurus masalah yang kita hadapi.

Termasuk di antaranya adalah hajatan besar Pemilu 2024 yang tidak lama lagi akan dimulai.

Penetapan calon presiden oleh Partai PDI-Perjuangan pada Jumat (21/4/2023) lalu, telah semakin memperjelas kontestasi Pilpres 2024, yang selama berbulan-bulan sebelumnya hanya berputar-putar sekitar koalisi saja.

Saat itu kita menyaksikan para politisi sedang berupaya untuk menggapai kursi RI-1, dengan berbagai strategi dan taktik. Kalaupun RI-1 tidak dicapai, harapannya bisa menjadi RI-2, atau setidaknya menteri koordinator.

Kekuasaan memang memiliki daya tarik luar biasa. Maka segala upaya agaknya dikerahkan untuk itu.

Sebagai pemilik suara kita boleh berharap kelak akan ada tiga pasang calon presiden dan wakil presiden, untuk dipilih salah satunya yang terbaik. Saat ini sudah ada dua capres, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, tinggal satu capres lagi.

Catatan kecil: Kita tidak perlu terlalu memperhatikan siapa calon wakil presiden dari masing-masing calon presiden. Itu akan membuat kita sulit untuk memilih. Itulah yang terjadi di banyak negara, termasuk di Amerika Serikat.

Setelah satu nama lagi keluar, yang bisa jadi Prabowo Subianto, maka kita tinggal fokus memperhatikan rekam jejak masing-masing capres.

Di sini peran Pers yang netral sangat penting. Pers yang netral akan mengungkapkan informasi yang jelas dan akurat kepada publik, tanpa mengarahkan untuk memilih siapa, sehingga memudahkan segenap pemilih untuk menentukan pilihan terbaiknya.

Berkaca dari beberapa Pilpres sebelumnya, banyak informasi yang bias terhadap capres sering muncul di berbagai media dan di lapangan, yang kemudian membuat publik menjadi terbelah.

Maka perlu menjadi bagian dari kegiatan kampanye para calon untuk cepat menyanggah informasi keliru itu.

Alangkah baiknya jika media cetak dan televisi, serta media sosial maupun lembaga independen yang terpercaya, dapat menyajikan forum klarifikasi untuk informasi yang bias itu tadi, atau sejak awal membatasi kemungkinan munculnya informasi keliru itu.

Dengan demikian publik akan dibuat paham dan mengerti mengenai kualitas masing-masing capres.

Jangan diabaikan pula aktor asing yang ingin mengacaukan Pilpres untuk tujuan tertentu melalui semburan hoaks dan sebagainya.

Adapun mengenai program kerja dan sebagainya dari para capres tentu saja penting, maka perlu juga untuk disimak.

Kita tentu berharap negara ini lebih maju, lebih makmur, dan lebih adil. Dan itu bisa diwujudkan dengan memilih calon presiden yang terbaik.

https://nasional.kompas.com/read/2023/04/25/05502931/hajat-besar-pasca-lebaran

Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke