JAKARTA, KOMPAS.com - Dinamika politik untuk menyambut Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih berlangsung cair.
Masing-masing partai politik (parpol) terus melakukan komunikasi politik, meskipun mayoritas yang memiliki kursi di Senayan telah membentuk koalisi.
Salah satu yang membuat dinamika politik terus berjalan adalah penentuan pasangan calon presiden (capres), dan calon wakil presiden (cawapres).
Sejumlah nama seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diprediksi kuat menjadi figur capres.
Begitu pun, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang telah dideklarasikan sebagai calon RI-1 dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Di sisi lain, beberapa nama juga tengah memburu kursi untuk menjadi cawapres.
Di antara banyak figur, saat ini yang telah menunjukan pergerakannya untuk menduduki kursi RI-2 adalah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar.
Didukung Ijtima Ulama-purnawirawan TNI-Polri
PKB tak henti menunjukan keinginan agar Muhaimin bisa berpasangan dengan Prabowo dalam Pilpres 2024.
Sebab, kedua Gerindra, dan PKB telah bekerja sama dalam Koalisi Indonesia Raya (KIR).
Dewan Syuro DPP PKB pun menggelar Ijtima Ulama Nusantara untuk meminta pendapat para kyai.
Hasilnya, Ijtima Ulama Nusantara meminta agar Muhaimin maju sebagai capres atau cawapres pada kontestasi elektoral mendatang.
Bahkan forum tersebut meminta agar keputusan diambil sebelum bulan Ramadan.
Namun, hingga kini KIR belum memberikan keputusan apapun. Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid lantas menyatakan Ijtima Ulama menilai koalisi tersebut tidak produktif.
"Para ulama kepingin di bulan puasa ini, sosialisasi (saja) ternyata belum, makanya dampaknya apa? Dampaknya tentu harapan ulama agar segera bisa sosialisasi pasangan dari koalisi KIR (Koalisi Indonesia Raya), tidak tercapai. Apa kerugiannya? Ya enggak ada sosialisasi," papar Jazilul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (31/3/2023).
Sementara itu, AHY mendapatkan dukungan dari 80 purnawirawan TNI-Polri untuk bisa menjadi cawapres dari Anies Baswedan.
Para purnawirawan menyampaikan aspirasi tersebut di depan AHY dan ayahnya, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pertemuan di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (1/4/2023).
“Kami ingin maju bersama-sama dengan Anies, dan AHY untuk mewujudkan perubahan,” ujar mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan dan Sekretaris Pribadi Presiden RI pada 2011, Ediwan Prabowo.
Punya pesaing
Jalan AHY, dan Muhaimin tak mudah untuk bisa menjadi cawapres. Sebab, keduanya memiliki pesaing yang dipertimbangkan oleh rekan koalisinya.
Dari sisi AHY, saat ini, mitra Demokrat dalam KPP yakni Nasdem, dan PKS masih mencari figur lain untuk mendampingi Anies.
Belakangan, kedua parpol tersebut menunjukan ketertarikan pada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Wakil Ketua Partai Nasdem Ahmad Ali menuturkan pihaknya ingin Anies didampingi oleh figur yang bisa menarik konstituen di wilayah Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Hal serupa juga nampak dari pernyataan wakil Anies dalam tim kecil KPP, Sudirman Said.
Ia menyatakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) layak dipertimbangkan untuk dipasangkan dengan Anies.
“NU organisasi yang terbesar, sangat layak apabila masyarakat mempertimbangkan itu sebagai opsi (cawapres),” ucap Sudirman ditemui di Sekretariat Perubahan, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Adapun dari sisi Muhaimin, Gerindra terang-terangan membuka opsi untuk menyandingkan Prabowo dengan Ganjar.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menuturkan peluang itu terbuka, asalkan, Ganjar legowo menjadi cawapres.
"Saya kira sudah tidak mungkin kalau Pak Prabowo calon wakil presiden. Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda kan," kata Hashim ditemui di Gedung Joang 45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Apalagi, pernyataan itu seolah mendapatkan respon positif dari PDI-P melalui pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDI-P Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul.
Menurutnya, tak ada yang tak mungkin dalam politik.
"Di dalam politik itu apa yang tidak mungkin. Selalu ada kemungkinan, ya toh?" ungkap Pacul ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).
Diketahui hingga kini nasib AHY dan Muhaimin nampak belum memiliki kejelasan.
Meski begitu Demokrat, dan PKB masih terus memberikan dorongan agar kedua pimpinannya dapat mengikuti kontestasi Pilpres 2024.
AHY sendiri telah menyerahkan keputusan di tangan Anies. Sedangkan Muhaimin kerap menyatakan ancaman untuk hengkang dari KIR jika keinginannya tak tercapai.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/03/07310681/jalan-serupa-tak-sama-ahy-dan-cak-imin-agar-dipilih-jadi-cawapres