Hal ini disampaikannya dalam pertemuan Menlu G20 (FMM G20) sesi kedua yang membahas tentang counter terorism, global skill mapping, humanitarian assistance and disater relief di New Delhi, India, pada Kamis (2/3/2023).
"Banyak sekali negara mengadopsi double standard untuk masalah Palestina," kata Retno dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Kemenlu RI, Jumat (3/3/2023).
Contohnya, kata Retno, tidak ada satupun pembicara yang menyinggung masalah Palestina pada acara pembukaan pertemuan Dewan HAM di Jenewa beberapa waktu lalu.
Ia pun menekankan pentingnya G20 dan dunia untuk menghentikan ketidakadilan ini.
"Saya sengaja memberikan satu contoh betapa dunia telah mengesampingkan penderitaan yang dialami oleh bangsa Palestina. Dalam pembukaan pertemuan Dewan HAM di Jenewa beberapa hari lalu, tidak ada satupun pembicara menyinggung masalah Palestina," ujarnya.
Hal ini terlihat dari apa yang terjadi di beberapa negara, yaitu Myanmar, Palestina, Afghanistan, dan Ukraina.
Oleh karena itu, Retno Marsudi menekankan negara anggota G20 harus terus fokus kerja nyata pada the wellbeing of the people (kesejahteraan rakyat).
Tak hanya itu, dalam pertemuan FMM G20 sesi kedua, ia menyoroti soal disaster relief.
Retno Marsudi menekankan dua hal, yakni pentingnya memperkuat pencegahan (prevention) dan kesiapsiagaan (preparedness).
"Pencegahan sangat penting artinya karena akan menyelamatkan nyawa dan ekonomi. Sebagai negara yang sering terkena bencana, Indonesia banyak memberikan perhatian terhadap isu prevention dan preparedness, dan siap bekerjasama dengan negara lain," kata Retno Marsudi.
https://nasional.kompas.com/read/2023/03/03/13572341/menlu-retno-banyak-negara-adopsi-double-standard-untuk-masalah-palestina