JAKARTA, KOMPAS.com - Acsenahumanis Respons membantah telah melaporkan Bupati Cianjur, Herman Suherman ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan korupsi penyelewengan dana bantuan gempa.
Sebagai informasi, sebelumnya diinformasikan perwakilan dari Acsenahumanis Respons bernama Erry melaporkan Herman ke KPK atas dugaan korupsi bantuan korban gempa.
“Acsena sendiri itu tidak pernah melakukan pelaporan tersebut,” kata Pendiri sekaligus CEO Acsenahumanis Respons, Andhika Karisma saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (30/12/2022).
Ia menuturkan, dalam struktur organisasinya tidak terdapat anggota yang bernama Erry.
Selain itu, pihaknya juga tidak bekerjasama dengan Emirates Red Crescent, lembaga asing yang disebut memberikan bantuan ke korban gempa Cianjur.
Menurut Andhika, pihaknya lebih banyak menjalin hubungan dengan sejumlah rekan di Eropa. Salah satunya, European Friends.
“Untuk pertama, Erry itu tidak ada di dalam struktur kami,” ujarnya.
Meski demikian, Andhika mengaku mengenal Erry. Pihaknya pernah bekerjasama dengannya sebagai perwakilan dari salah satu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Depok.
Saat itu, mereka melakukan kegiatan bersih-bersih setu dalam rangka memperingati hari lingkungan sedunia.
“Kalau itu dia tidak pernah melakukan atau sebagai perwakilan dari Acsena,” ujar Andhika.
Andhika mengaku, pihaknya memang turun ke Cianjur beberapa jam setelah gempa mengguncang wilayah itu pada 21 November lalu.
Timnya tiba sesaat sebelum waktu Isya dan ke pendopo setempat serta berbincang dengan sejumlah rekan potensi SAR. Mereka kemudian membantu warga setempat selama empat hari.
Andhika mengaku pihaknya tidak menemui bupati setempat.
“Untuk itu (bertemu) sama bupati belum ketemu saya secara personal, secara personal belum,” tuturnya.
Erry Mendampingi Pelapor
Dihubungi terpisah, Erry menyampaikan penjelasan mengenai sejumlah pemberitaan yang menyebut dirinya perwakilan Acsenahumanis Respons.
Erry mengatakan, dirinya memang bukan anggota Acsehumanis Respons dan tidak melaporkan Bupati Cianjur ke KPK.
“Memang bukan Acsena di pelapornya,” kata Erry saat dikonfirmasi Kompas.com.
Erry mengatakan, dirinya hanya menemani orang yang melaporkan dugaan penyelewengan bantuan gempa Bupati Cianjur ke KPK.
Mulanya, ia dan sejumlah pihak lainnya mendapatkan informasi bahwa terjadi dugaan penyelewengan bantuan gempa oleh Bupati Cianjur. Bantuan tersebut bersumber dari lembaga asing.
Mengetahui hal ini, Erry bersama sejumlah orang lainnya lantas melakukan konfirmasi ke beberapa pihak, termasuk salah satu lembaga negara yang menangani bencana.
Pihaknya kemudian menemukan adanya sejumlah foto atau bukti terkait dugaan penyelewengan itu.
“Saya dikasih sama SOP (standar operasional prosedur)-nya ternyata (bantuan) memang tidak ditempatkan pada tempat yang sudah ditunjuk,” tuturnya.
Ia kemudian meminta konfirmasi dari dapur umum di lokasi gempa Cianjur dan sejumlah korban.
Mereka menyatakan tidak pernah menerima bantuan tersebut.
“Hal itu kan jadi dilema buat si pihak asing yang bantu ini,” tuturnya.
Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskan untuk melaporkan dugaan penyelewengan bantuan itu ke KPK. Adapun Erry hanya mendampingi pelapor.
Ia mengaku tidak bisa membuka identitas pelapor karena mempertimbangkan keamanan. Ia juga khawatir barang bukti akan dihilangkan.
“Setelah itu, saya mengantarkan sang pelapor ke KPK. Karena untuk melindungi pelapor wajar biar nggak dikeluarkan identitasnya sampai hal ini terang benderang,” kata Erry.
Adapun kesalahan informasi, kata Erry, terjadi pada saat pembuatan rilis keterangan. Erry memang bukan anggota Acsenahumanis Respons.
Namun, ia pernah bekerjasama dalam kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Depok. Ia juga mengaku mengenal Andhika.
Pihak yang menulis keterangan kemudian memberikan atribusi Acsenahumanis Respons karena ia pernah berbicara kepada media dalam kegiatan tersebut.
“Tapi (yang) laporinnya atas nama Acsena enggak ada,” tuturnya.
Erry mengatakan, terlepas dari keasalahan informasi tersebut, laporan dugaan korupsi penyelewengan bantuan korban gempa Cianjur memang ada.
Ia berharap proses hukum atas dugaan korupsi itu tetap berjalan.
“Biar proses hukumnya tetap berjalan,” ujar Erry.
Sebelumnya, Bupati Cianjur dilaporkan ke KPK atas dugaan penyelewengan dana bantuan dari pihak asing.
Bantuan itu berupa 2.000 lembar selimut, 25 ton beras, 1.000 paket kebersihan, 500 lampu dengan sumber tenaga solar, serta battery charger untuk tenda.
Salah satu pelapor tersebut, Ery menduga Herman menempatkan bantuan itu ke gudang-gudang dan ke ruko-ruko.
Penyaluran bantuan itu dipotong dan kemasannya diubah menjadi partai politik.
“Yang tadinya sumbangan dari lembaga internasional diubah kemasan partai dan dijual ke pasar,” ujar Ery.
Bantahan Bupati Cianjur
Sebelumnya, Juru Bicara Penindakan dan Kelembagaan KPK Ali Fikri membenarkan pihaknya telah menerima laporan dugaan korupsi Bupati Cianjur.
Menurutnya, KPK bahkan menerima satu aduan lain terkait Herman. Dengan demikian, saat ini KPK telah menerima dua aduan dugaan korupsi Bupati Cianjur.
“Terkait dengan laporan itu betul kami mengonfirmasi ada laporannya, bahkan kemudian ada laporan terbaru dan informasi pengaduan masyarakat kembali diterima oleh KPK,” kata Ali saat ditemui awak media di gedung Merah Putih KPK, Selasa (27/12/2022).
Terpisah, Bupati Cianjur Herman Suherman menyatakan bahwa dirinya sangat keterlaluan bila sampai menyalahgunakan bantuan yang disalurkan untuk korban gempa ke pasar.
“Saya terlalu naif kalau harus menjual barang-barang bantuan, masyarakat Cianjur kasihan. Bupati banyak kerjaan yang lain,” kata Herman saat dikonfirmasi wartawan di Pendopo bupati, Senin (26/12/2022) malam.
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/30/14145701/acsenahumanis-respons-bantah-laporkan-bupati-cianjur-ke-kpk