Salin Artikel

Titah Jokowi ke Perwira Polri: Jangan Sewenang-wenang dan Rem Total Gaya Hidup Mewah!

Di Istana Kepresidenan, para perwira Korps Bhayangkara ini terlihat tak sepertinya biasanya.

Mereka berpenampilan tanpa perlengkapan tongkat komando dan penutup kepala.

Di Istana Kepresidenan pula, mereka mendengarkan titah Jokowi yang menyoroti berbagai permasalahan yang mendera Polri belakangan ini.

Jangan sewenang-wenang

Dalam arahannya, Jokowi mengingatkan aparat kepolisian untuk menjauhi perbuatan sewenang-wenang serta pendekatan represif.

"Sewenang-wenang tolong juga ini diredam ke anggota-anggota, pendekatan-pendekatan yang represif, jauhi," kata Jokowi dikutip dari tayangan YouTube Sekretariat Presiden.

Selain tindakan sewenang-wenang, Jokowi meminta para pejabat Polri untuk meredam praktik pungutan liar yang menurut dia masih dikeluhkan oleh masyarakat.

Jokowi mengatakan, masalah lain yang dikeluhkan masyarakat soal Polri adalah sikap mencari-cari kesalahan serta gaya hidup mewah.

Berangkat dari keluhan-keluhan itu, Jokowi pun meminta agar anggota Polri memberikan pelayanan bagi masyarakat untuk menciptakan rasa aman dan nyaman.

Sebab, Polri merupakan aparat penegak hukum yang paling dekat dan sering berinteraksi dengan rakyat.

"Hal-hal yang kecil tolong betul-betul dilayani betul, masyarakat kehilangan sesuatu harus direspons cepat, sehingga rasa terayomi dan rasa aman itu menjadi ada" ujar Jokowi.

Jokowi mengaku sudah memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberantas judi online dan narkoba, tetapi ia tidak mau lagi berbicara banyak.

Ia mengatakan, jika hal itu dilakukan, kepercayaan publik terhadap Polri yang sempat anjlok dapat kembali pulih.

"Saya enggak usah bicara banyak, Saudara-saudara tahu semuanya, perintah ini tahu, dan penegakan hukum untuk yang berkaitan dengan narkoba. Ini yang akan nanti bisa mengangkat kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri," ujar Jokowi.

Di samping itu, Jokowi meminta agar komunikasi publik Polri dalam menyikapi sebuah peristiwa dirancang dengan baik dan jangan sampai terlambat disampaikan.

"Komunikasi publik itu penting banget. Jangan terlambat, jangan lamban. Sehingga yang muncul nanti, kalau lamban, kalau lambat, yang muncul isu-isu lain," ujar Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo itu mengingatkan, adanya media sosial membuat informasi dapat tersebar dalam hitungan menit, bahkan detik.

Ia juga mengingatkan agar Polri tidak meremehkan isu-isu kecil yang muncul karena jika sudah membesar maka akan sulit untuk diatasi.

"Begitu ada peristiwa kecil, dan saudara-saudara menganggap ini kecil sehingga tidak ditangani, dikomunikasikan dengan baik, dengan kecepatan, membesar menjadi sulit untuk kemudian diselesaikan lagi," kata Jokowi.

Ia mengatakan, situasi dunia yang sulit membuat banyak pihak sensitif dan mudah tersulut emosinya.

"Untuk menumbuhkan optimisme, harus menciptakan hal-hal yang baik. Dikontra dengan itu, dikontra dengan prestasi-prestasi, dikontra dengan komunikasi yang baik," ujar Jokowi.

Kasus Sambo bikin runyam

Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyinggung kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang melibatkan Ferdy Sambo. Menurutnya, kasus ini membuat runyam kepercayaan publik terhadap Polri.

Menurut dia, angka kepuasan publik terhadap Polri yang sempat tinggi kini menjadi paling rendah di antara institusi penegak hukum akibat kasus pembunuhan Brigadir J.

"Begitu ada peristiwa FS, runyam semuanya dan jatuh ke angka paling rendah, dulu dibandingkan institusi penegak hukum yang lain tertinggi, sekarang Saudara-saudara harus tahu menjadi yang terendah," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, publik sesungguhnya mengapresiasi kerja keras Polri bersama TNI, pemerintah, dan seluruh komponen masyarakat dalam menangani pandemi Covid-19.

Ia menyebutkan, hal itu tercermin dari angka kepuasan publik terhadap Polri yang berada di angka 80,2 persen pada November 2021.

Namun, angka tersebut anjlok menjadi 54 persen pada Agustus 2022 setelah mencuatnya kasus pembunuhan Brigadir J.

"Jatuh, terus terang itu rendah sekali. Itulah pekerjaan berat yang saudara-saudara harus kembalikan untuk kepercayaan masyarakat kepada Polri di tengah situasi yang juga tidak mendukung saat ini" kata Jokowi.

Dia mengatakan, gaya hidup mewah itu harus "direm" demi tidak menimbulkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat yang sedang susah akibat krisis.

"Saya ingatkan masalah gaya hidup, lifestyle, jangan sampai dalam situasi yang sulit ada letupan-letupan sosial karena ada kecemburuan sosial ekonomi, kecemburuan sosial ekonomi, hati-hati," kata Jokowi.

"Sehingga, saya ingatkan yang namanya kapolres, yang namanya kapolda, yang namanya seluruh pejabat utama, perwira tinggi, ngerem total masalah gaya hidup," ujar dia.

Jokowi menuturkan, para pejabat Mabes Polri, kapolda, dan kapolres harus memiliki sense of crisis serta memahami kondisi dunia yang sedang sulit.

Ia menyebutkan, semua negara kini menghadapi situasi yang tidak gampang di mana ada 66 negara dalam kondisi rentan, dan 345 juta orang di 82 negara yang sudah menderita kekurangan pangan akut.

"Jangan gagah-gagahan karena merasa punya mobil bagus atau motor gede yang bagus, hati-hati saya ingatkan, hati-hati," kata Jokowi.

Jokowi juga mengingatkan, di era media sosial dewasa ini, masyarakat bisa lebih mudah menyoroti tingkah lagu pejabat Polri, termasuk gaya hidup mereka, sehingga itu bisa memengaruhi kepercayaan publik.

"Urusan tadi, urusan mobil, urusan motor gede, urusan yang remeh temehnya, sepatunya apa, bajunya apa, dilihat masyarakat sekarang ini. Itu yang kita harus mengerti dalam situasi dunia yang penuh keterbukaan," imbuh Jokowi.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/16/07560841/titah-jokowi-ke-perwira-polri-jangan-sewenang-wenang-dan-rem-total-gaya

Terkini Lainnya

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Ma'ruf Amin: Perlu Upaya Lebih Keras

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke