Salin Artikel

Ketika Kasus Pembunuhan Munir Jadi Perhatian Dunia Internasional, tapi...

Hal tersebut diungkapkan istri Munir, Suciwati dalam bukunya "Mencintai Munir".

Suciwati menulis, tiga bulan setelah kematian Munir, masyarakat internasional mengangkat kematian Munir dalam konferensi sekaligus peringatan hari HAM sedunia di Den Haag, Belanda, 10 Desember 2004 silam.

Saat itu, Farah Karimi anggota parlemen Belanda bertanya langsung kepada Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Bot apakah semua informasi kasus pembunuhan Munir sudah diserahkan seluruhnya kepada otoritas Indonesia.

"Pertanyaan ini dijawab oleh Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Bot," tulis Suciwati dalam bukunya.

Bernard menyebut, duplikat laporan definitif toksikologi NFI sudah diserahkan ke otoritas Indonesia pada 11 November 2004.

Dokumen yang diserahkan adalah laporan otopsi, laporan seksi sementara, seksi definitif, laporan pertama toksikologi, dan laporan toksikologi definitif yang otentik.

Dalam laporan tersebut dijelaskan penyebab kematian Munir yang diracun menggunakan arsenik.

Bernard juga menyebut penyerahan duplikat hasil otopsi dilanjutkan dengan pertemuan delegasi penyidik dari Jakarta dengan perwakilan departemen kehakiman dan departemen luar negeri Belanda.

"Dengan penyerahan ini, otoritas Indonesia telah diberitahu sepenuhnya mengenai sebab-sebab kematian Munir," kata Bernard dituliskan Suciwati.

Tak lama setelah perbincangan internasional itu, tepatnya 23 Desember 2004, Suciwati mendapat petikan Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2004 tentang Tim Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir.

Mendapat petikan surat tersebut, Suciwati bersyukur sekaligus berharap kasus pembunuhan suaminya bisa segera terungkap.

"Aku menarik nafas lega. Semoga mereka segera menemukan pembunuhmu!" tulis Suciwati.

Namun, 18 tahun peristiwa tersebut terjadi, pelaku di balik meninggalnya Munir tak kunjung terungkap.

Kronologi kasus pembunuhan Munir

Peristiwa pembunuhan Munir Munir terjadi pada 7 September 2004 dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta ke Amsterdam melalui Singapura.

Pemberitaan Harian Kompas 8 September 2004 menyebutkan, Munir meninggal sekitar dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda, pukul 08.10 waktu setempat.

Hasil autopsi menunjukkan adanya senyawa arsenik dalam tubuh mantan Ketua Dewan Pengurus Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) itu.

Proses hukum terhadap orang yang dianggap terlibat dalam pembunuhan Munir pernah dan telah dilakukan.

Pengadilan menjatuhkan vonis 14 tahun penjara kepada Pollycarpus Budihari Priyanto yang merupakan pilot Garuda Indonesia.

Sebab, ia dianggap menempatkan Pollycarpus di jadwal penerbangan Munir.

Sejumlah fakta persidangan bahkan menyebut adanya dugaan keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dalam pembunuhan ini.

Akan tetapi, tidak ada petinggi BIN yang dinilai bersalah oleh pengadilan.

Pada 13 Desember 2008, mantan Deputi V BIN, Muchdi Purwoprandjono yang menjadi terdakwa dalam kasus ini, divonis bebas dari segala dakwaan.

https://nasional.kompas.com/read/2022/09/15/20213121/ketika-kasus-pembunuhan-munir-jadi-perhatian-dunia-internasional-tapi

Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke