JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memproyeksi kasus harian Covid-19 dapat mencapai lebih dari 20.000 kasus per hari ketika gelombang IV Covid-19 di Indonesia mencapai puncaknya.
Dia menuturkan, puncak kasus Covid-19 yang tinggi ini tak lepas dari banyaknya jumlah penduduk. Bahkan, ia memperkirakan, kasus harian bisa tembus antara 50.000 hingga 100.000 jika pelacakan masif dilakukan.
"Puncak Covid-19 di Indonesia mencapai 20.000-an, ya enggak, lah. Di Indonesia mestinya lebih dari itu. Negara bagian Australia dengan 5 juta penduduk saja sehari bisa 18.000, apalagi Indonesia," ucap Dicky kepada Kompas.com, Jumat (12/8/2022).
Dicky menuturkan, puncak kasus gelombang IV Covid-19 yang tembus puluhan bahkan ratusan ribu itu juga tidak terlepas dari kecepatan penularan virus. Memang, subvarian BA.5 yang kini memdominasi kasus aktif di Tanah Air, punya tingkat penularan yang jauh lebih cepat dibanding subvarian lain.
Kalaupun puncak kasus gelombang IV hanya berkisar 20.000 per hari, Dicky meyakini itu disebabkan oleh rendahnya testing-tracing di Indonesia. Di sisi lain, masyarakat makin abai dengan protokol kesehatan di tahun ketiga pandemi.
"Kalau (puncak kasus di) Indonesia 20.000-an (per hari), berarti memang enggak ada target untuk meningkatkan cakupan testingnya, jadi itu minim sekali. Kita jujur saja bahwa itu karena testing-nya rendah, kemudian masyarakat juga menurun keinginan melakukan testing," beber Dicky.
Selain masalah testing dan tracing, memantau orang yang terinfeksi Covid-19 saat ini jadi lebih sulit. Dicky bilang, hal ini dipengaruhi oleh makin tingginya akselerasi vaksinasi di Indonesia.
Hingga Kamis (11/8/2022) pukul 18.00 WIB, jumlah masyarakat yang sudah divaksinasi dosis pertama sebanyak 202.891.896 atau 86,46 persen dari total target sasaran vaksinasi.
Sementara itu, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua sebanyak 170.432.646 atau 72,63 persen. Kemudian, masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis ketiga atau penguat (booster) yaitu 58.218.431 atau 24,81 persen.
"Karena mayoritas sudah divaksin, (jadi terinfeksi tapi) tidak bergejala. Jadi ini yang harus disertakan dalam informasi kepada publik. Supaya masyarakat tahu bahwa prinsip mencegah itu (lebih baik) dan bahwa kasus yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak," sebut dia.
Lewat informasi bijak, kata Dicky, masyarakat jadi mengetahui risiko jangka panjang yang ditimbulkan dari Covid-19. Dengan begitu, mereka akan lebih taat dan mematuhi protokol kesehatan, tetap memakai masker di dalam dan luar ruangan, mencuci tangan, serta menjaga jarak.
"Kalau kita tidak melakukan pencegahan supaya tidak terinfeksi, Indonesia (dalam) 5-10 tahun ke depan akan mengalami masa yang suram karena sebagian penduduk mengalami dampak dari long Covid-19," ucap Dicky.
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/12/12532711/epidemiolog-proyeksi-kasus-harian-covid-19-lebih-dari-20000-saat-puncak