Salin Artikel

Cak Imin Vs Yenny Wahid: Penyebab Konflik hingga Dampaknya untuk PKB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid, baru-baru ini berseteru soal kepemilikan PKB.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengatakan, penyebab perseteruan ini tak lepas dari luka lama antara keduanya.

"Ya kompleks ya. Kompleks (penyebab konfliknya). Tapi yang jelas ini cukup dalam lukanya," ujar Firman saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).

Firman menjelaskan, sejak awal Yenny Wahid memang tidak diterima oleh PKB.

Pasalnya, PKB kubu Cak Imin menganggap Yenny bisa bergabung dengan PKB hanya karena dia adalah anak Gus Dur.

"Dia (Yenny) tidak melalui tahapan yang berdarah-darah untuk membangun partai. Dan dia juga bukan kader partai. Itu menurut perspektif Cak Imin," tuturnya.

Alhasil, eksistensi Yenny Wahid di PKB selalu dikritisi oleh kelompok Cak Imin.

Firman menyebut, PKB digembar-gemborkan sebagai Partai Keluarga Besar, yang jika disingkat memiliki singkatan serupa dengan Partai Kebangkitan Bangsa.

"Karena ada Yenny di situ. Meskipun Muhaimin pun masih keponakan Gus Dur ya. Tapi intinya adalah kelompok ini kritis lah terhadap Yenny," ucap Firman.

Di sisi lain, Yenny bukan tanpa perlawanan. Yenny membangun jaringannya sendiri untuk kepentingan partai.

Akibatnya, ada persaingan terselubung di dalam PKB, yakni antara Yenny Wahid dan Cak Imin.

"Dan kelompok Yenny ini adalah kelompok yang kemudian memberikan bisikan ke Gus Dur untuk berhati-hati dengan Muhaimin, karena dia punya potensi untuk mendongkel Gus Dur," terangnya.

Gus Dur, kata Firman, lantas mempercayai peringatan putrinya itu.

Singkat cerita, Firman mengatakan Cak Imin dipecat oleh Gus Dur dari posisi Ketua Umum PKB. Gus Dur saat itu menduduki posisi dewan syuro.

Tidak terima dipecat oleh Gus Dur yang notabene merupakan pamannya sendiri, Cak Imin sempat menghilang selama beberapa minggu.

Usai "menghilang", Cak Imin pun kemudian melakukan serangan balik.

"Dan dia menang akhirnya di pengadilan. Karena apa? Karena salah satu poinnya adalah dia dipecat dalam suatu forum yang tidak eligible," jelas Firman.

Lebih jauh, Firman mengatakan, Cak Imin berhasil menyingkirkan Gus Dur dari PKB.

Apa yang Cak Imin lakukan kepada Gus Dur membuat Yenny Wahid sangat terluka.

Apalagi, mengingat bahwa Cak Imin dibesarkan oleh Gus Dur dalam banyak aspek, bukan hanya politik.

"Pernah tinggal lama di rumah Gus Dur, sehingga tahu persis lah siapa Muhaimin itu," terangnya.

Firman menjelaskan luka yang dialami Yenny Wahid sangat kompleks, mulai dari luka politis hingga luka terkait hubungan persaudaraan dengan Cak Imin.

Sejak itu, hubungan antara Yenny Wahid dan Cak Imin tidak pernah harmonis.

Tak kunjung damai

Firman menganggap luka yang Yenny Wahid alami ini tidak pernah selesai.

Potensi untuk luka itu menganga pun masih terbuka.

"Karena message-nya terasa sangat menyentil, dan menurut Cak Imin cukup membuat dia tersinggung atau gimana, ya dibalas lah. Berbalas pantun," tutur Firman.

Sebagai informasi, berbalas pantun yang dimaksud Firman ialah perseteruan Yenny Wahid dengan Cak Imin, yang bermula dari pernyataan Yenny bahwa dirinya adalah 'PKB Gus Dur'.

Cak Imin pun melakukan counter attack untuk membalas "sentilan" Yenny Wahid itu.

Lewat akun Twitter pribadinya, Cak Imin menyebut Yenny Wahid bukan PKB.

Terlebih, Cak Imin juga menyinggung partai besutan Yenny Wahid yang tidak lolos menjadi peserta pemilu.

Kembali ke Firman, dirinya meyakini luka Yenny Wahid ini pasti susah sembuh.

"Jadi kalau ada gesekan dikit, mencuat lagi. Dan memang dalam kesehariannya pun kedua kelompok ini kan sebetulnya menunjukkan sikap tidak saling simpati satu dengan lain," paparnya.

Dampak untuk PKB

Lantas, apakah perseteruan soal kepemilikan PKB ini berpengaruh terhadap PKB itu sendiri, khususnya berkaitan dengan perolehan suara?

"Saya kira karena memang sebetulnya Yenny sudah lama enggak di PKB hampir 10 tahun. Sebetulnya ini kalau toh (suara PKB) turun, tidak terkait dengan Yenny," kata Firman.

Firman menekankan posisi Yenny Wahid beserta Gusdurian sudah ada di luar PKB sejak lama.

Menurutnya, selama ini Cak Imin melakukan 'pembersihan' di PKB dari unsur-unsur yang tidak suka terhadapnya.

"Tapi kalau kemudian dikaitkan dengan melorotnya suara PKB, saya kira tidak terlalu ke sana," imbuhnya.

Elektabilitas hingga ketegangan dengan PBNU

Yenny Wahid juga menyinggung elektabilitas Cak Imin dalam 'sentilannya'. Memang, menurut survei sejumlah lembaga, elektabilitas Cak Imin mentok di kisaran angka 1 persen.

Sementara itu, sedari lama Imin sudah gembar-gembor hendak maju di Pilpres 2024.

PKB bahkan sudah mewacanakan koalisi dengan sejumlah partai seperti Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Namun demikian, belakangan Cak Imin diterpa kabar kerenggangan dengan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Isu ini pula yang sempat disinggung Yenny.

Kerenggangan tersebut bermula dari pernyataan Yahya yang menyebut bahwa PBNU tak boleh jadi alat politik partai.

Menjawab hal itu, Muhaimin mengatakan bahwa pernyataan Yahya tak berpengaruh pada 13 juta pemilih loyal PKB.

Yahya sendiri sempat membantah bahwa hubungannya dengan PKB merenggang.

Dia memang meminta partai politik tak menggunakan NU sebagai senjata berkompetisi politik. Namun, Yahya menegaskan larangan tersebut berlaku untuk semua partai politik.

“Jadi NU itu seluruh bangsa dan ndak boleh digunakan sebagai senjata untuk kompetisi politik. Karena kalau kita biarkan terus-terus begini, ini tidak sehat,” katanya di Kantor PBNU, Jakarta, Senin (23/5/2022).

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/12311811/cak-imin-vs-yenny-wahid-penyebab-konflik-hingga-dampaknya-untuk-pkb

Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke