Padahal, di sisi lain, 77 responden memberikan apresiasinya terhadap langkah pemerintah melonggarkan aturan penggunaan masker di ruang terbuka.
Hasil jajak pendapat yang dilakukan pada 24-29 Mei 2022 tersebut menunjukkan, meski publik antusias terhadap aturan mobilitas sosial dan protokol kesehatan yang lebih bebas, mereka tetap bersedia patuh jika pengetatan kembali dilakukan.
"Tak sulit bagi masyarakat bersikap adaptif dengan perkembangan situasi pandemi," kata peneliti Litbang Kompas, Rangga Eka Sakti, dikutip dari Harian Kompas, Senin (13/6/2022).
Langkah yang diambil pemerintah untuk melonggarkan kebijakan protokol kesehatan dalam masa transisi menuju endemi diterima oleh masyarakat lantaran upaya pengendalian Covid-19 yang dilakukan sudah membaik.
Hal tersebut terlihat dari data survei yang menunjukkan 70,1 persen responden yakin pemerintah mampu untuk menangani bila terjadi perburukan situasi Covid-19 dalam waktu dekat.
Rangga menyampaikan, selain alasan pandemi yang sudah relatif membaik, vaksinasi juga menjadi alasan bagi responden yang cenderung menerima kebijakan pelonggaran kebijakan masker di masa transisi menuju endemi.
"Di mata responden, sikap ini dilandasi perasaan aman setelah menerima vaksin dosis kedua atau dosis ketiga (booster)," kata Rangga.
Meski jumlah responden yang setuju dengan langkah pemerintah melonggarkan kebijakan penggunaan masker di luar ruangan, lebih kurang seperempat responden cenderung tak setuju.
Namun demikian, hasil jajak pendapat menunjukkan, tidak sampai 1 persen responden yang menolak kebijakan pelonggaran penggunaan masker akibat khawatir akan perburukan Covid-19.
"Justru, sebagian besar penolakan dari responden ini dilatarbelakangi kebiasaan menggunakan masker selama dua setengah tahun terakhir. Memakai masker sudah jadi kebiasaan yang melekat dalam kehidupan sehari-hari dalam dua tahun terakhir ini," kata Rangga.
Pengumpulan data dalam jajak pendapat ini dilakukan melalui telepon.
Jajak pendapat dilakukan terhadap 1.004 responden berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi. Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, nirpencuplikan penelitian lebih kurang 3,09 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencuplikan sampel dimungkinkan terjadi.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/13/08340841/transisi-endemi-publik-bersedia-tetap-pakai-masker-bila-covid-19-memburuk