JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) meminta Polda Metro Jaya mengusut kejadian penyiksaan yang dilakukan petugas Polsek Tambelang kepada 4 orang pemuda korban salah tangkap di Bekasi.
Adapun 4 orang yang salah ditangkap itu yakni Fikry, Risky, Abdul Rohman, dan Randy. Mereka saat ini telah berstatus terdakwa di Pengadilan Negeri Cikarang dan menghadapi persidangan atas tuduhan pembegalan pada 24 Juli 2021 yang tak mereka lakukan.
"Kami berharap Polda Metro Jaya segera menindaklanjuti laporan Komnas HAM tentang dugaan terjadinya penyiksaan yang dilakukan anggota kepolisian ketika melakukan penangkapan pada saudara Fikry dan kawan-kawan," kata Komisioner Kompolnas Poengky Indarti saat dihubungi, Kamis (21/4/2022).
Poengky berharap, pihak Polda Metro Jaya memeriksa dan menindak tim yang melakukan penangkapan itu.
Selain itu, Kompolnas merekomendasikan adanya percepatan penggunaan body camera dan dashboard camera pada saat penugasan di lapangan.
"Khususnya terkait proses lidik sidik. Bodycam dan dashboardcam tersebut juga perlu diperiksa secara berkala oleh pimpinan dan pengawas internal untuk mengeliminir penyimpangan, termasuk diantaranya penggunaan kekerasan berlebihan," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Fikry dkk sebelumnya ditangkap bersamaan pada 28 Juli 2021 sekitar pukul 20.00 bersama 5 saksi lain.
Hasil investigasi Komnas HAM, diketahui bahwa mereka tidak langsung dibawa petugas ke kantor polisi, tetapi ke Gedung Telkom yang letaknya berseberangan dengan Polsek Tambelang.
Di sana, Fikry dkk dipisahkan dengan 5 saksi lain. Fikry dkk mengalami ancaman-ancaman verbal, pemukulan, penendangan, rambut dijambak, dan diduduki petugas ketika tersungkur.
Total, Komnas HAM menemukan 10 bentuk penyiksaan, 8 kekerasan verbal berupa ancaman dari polisi, dan sedikitnya 6 alat yang dipakai untuk menyiksa mereka.
Sebagai contoh, Fikry dkk diseret dengan kain sarung, kakinya ditimpa batu, dan mendengar tembakan disertai ancaman “Udah, lu ngaku aja, temen lu udah mati!”.
Akibat penyiksaan itu, Koordinator Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Endang Sri Melani mengatakan korban mengalami luka-luka membekas di wajah, badan, dan jari-jari kaki, serta trauma hebat.
“Akibatnya, keempat korban akhirnya mengaku terlibat dalam peristiwa pembegalan yang terjadi pada 24 Juli 2021 karena kondisi tertekan dan berada di bawah ancaman,” ujar Melani dalam jumpa pers, 20 April 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/21/15293581/kompolnas-desak-polda-metro-jaya-usut-kasus-begal-salah-tangkap-di