Salin Artikel

Megawati: Saya Berani Bukan Sombong, tetapi Punya Keyakinan

Menurut Mega, dirinya berani karena merasa yakin dengan apa yang dilakukan. Keberanian itu timbul juga dari apa yang pernah ia jalani di masa lalu. 

Mega menceritakan, di awal karir politik dirinya kerap dipantau aparat keamanan.

Tak hanya itu, dia pun pernah menjalani pemeriksaan oleh kepolisian, kejaksaan hingga militer.

"Waktu di kejaksaan, ditanya, ibu komunis ya?," ungkap Mega saat memberi sambutan usai mengukuhkan DPP PA GMNI pada Sabtu (26/3/2022).

Megawati lalu menjawab, "Mana buktinya, itu saja, kalo saya komunis dari mana? Diam semua. Sampai saya ditanya itukan kalo enggak salah ada letkol, sampai nanyanya gini, ibu berani ya?," lanjutnya.

Menurut Mega, dirinya berani karena belajar langsung dari Bung Karno (presiden pertama RI Soekarno) bahwa berpolitik adalah dengan mulut.

Dari ayahnya itu pun Mega belajar bahwa politik merupakan seni dan bagian dari kehidupan.

"Kok saya dengar dari bapak saya, politic is art, politic is life. Kita berpolitik dengan mulut, saya bilang kok pakai ditanya-tanya orang saya belajarnya juga bahkan dari Bung Karno," tutur Mega.

"Nah, ini mulut berpolitik tahu enggak, kalian apa berani berhadapan seperti itu, saya kenapa berani bukan sombong karena saya punya keyakinan," ujarnya.

Saat di kejaksaan itulah dia menjalani pemeriksaan sejak pagi hingga malam. Sampai akhirnya Mega bertanya apa tujuannya diperiksa begitu lama.

"Ke Kejaksaan (Agung), Gedung Bundar dan dipanggil dari pagi sampai malam. Saya sampai tanya, sebenarnya kalian ini mau mencari dari saya apa to?," ungkapnya.

Tak berhenti sampai di situ, Mega pun pernah menjalani penelitian khusus (litsus) di Resimen Induk Daerah Militer (Rindam) untuk menjawab berbagai pertanyaan.

"Ketika mau menjadi anggota DPR, saya dilitsus di Rindam sana. Ditanyakan (ditanyai oleh tentara)," tutur Mega.

"Apa maksud saya menceritakan, kok Bu Mega sombong banget menceritakan sisi kepribadiannya. No, Ini hakikatnya kehidupan yang harus saya teruskan kepada anak-anak muda," lanjutnya.

Dia lantas mengatakan, anak muda hanya gampang membuat perselisihan daripada persatuan.

Mega mengingatkan, bagaimana anak-anak muda dapat membuat semangat nasionalisme sebagai halauan bangsa jika tidak bisa berdamai satu sama lain.

Terlebih, Mega menilai masih banyak generasi muda terpaku pada egosentrisme kelompok masing-masing.

"Itu yang saya minta dari dulu kepada GMNI, yang adanya keributan dan sebagainya. Jadi untuk apa kalian masuk organisasi?, Saya selalu menanyakannya seperti itu," ungkap Mega.

Menurutnya, pertanyaan yang sama juga selalu dia sampaikan kepada kader-kader muda PDI-P.

Sebagai Ketua Umum PDI-P, Mega pun mengingatkan jika ada perselisihan di internal agar dikembalikan ke AD dan ART.

"Kalau kalian membuat keributan padahal kita punya AD/ART, kalian harus mengikuti AD/ART itu, bukan dengan personal apa yang ingin kalian lakukan," tegasnya.

"Sekarang saya bertanya ini dengan alumni (PA GMNI), sanggupkah kalian menjalankan seperti itu?, Kalau sanggup silakan maju. Kalau enggak sanggup silahkan mundur, gampang aturannya," tambahnya.

Akui tugas di BPIP berat

Dalam kesempatan itu, Mega juga mengungkapkan mengapa dirinya masih banyak berkegiatan di politik dan pemerintahan.

Padahal di usianya saat ini seharusnya dia telah pensiun.

"Tetapi masih terus bekerja. Karena apa? orang melihat saya orang yang bisa bertanggung jawab," tuturnya.

Mega kemudian mengatakan, selain menjadi Ketua Umum PDI-P dia juga diberi tugas sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Setelahnya, dia diberi tugas lagi sebagai Kepala Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Saya menjalankan sekarang selain sebagai Ketum PDI-P, saya juga diberikan lagi tugas oleh Presiden untuk menjadi Ketua Dewan Pengarah BPIP. Menurut saya berat sekali," katanya.

"Dan lagi diberi lagi, jabatan sebagai Kepala Dewan Pengarah sebuah badan baru yang disebut BRIN," lanjut Mega.

Dia menjelaskan, sebagai Ketua Dewan Penharah BPIP dia mendapat tugas mengarahkan dan mensosialisasikan kembali Pancasila secara efektif dan efisien. Menurutnya, pemahaman Pancasila tidak boleh seperti saat masa Orde Baru.

"Tetapi benar-benar keterlibatan masyarakat Indonesia. Hal yang kami lakukana adalah dari pasukan bendera pusaka (paskibraka). Karena itu menurut saya sebuah simbol kebangsaan kita, dan itu tentunya merupakan juga implementasi Pancasila dan tidak terbanyangkan kalau merah putih kita lalu itu ganti warna ya," jelasnya.

"Mereka yang telah menjalankan tugas masuk ke dalam purna-paskibraka. Dab purna-paskibraka itu mempunyai wadah untuk bisa mensosialisasikan Pancasila," tambah Mega.

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/27/06365181/megawati-saya-berani-bukan-sombong-tetapi-punya-keyakinan

Terkini Lainnya

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke