Penurunan kasus Covid-19 ini diikuti dengan kian turunnya jumlah pemeriksaan (testing) Covid-19, yaitu pada 14 Maret, jumlah kasus Covid-19 menurun di angka 9.629 dari pemeriksaan 195.229 spesimen.
Kemudian, 15 Maret, kasus Covid-19 meningkat mencapai 14.408 kasus dari pemeriksaan 236.004 spesimen.
Pada 16 Maret, kasus Covid-19 tercatat mengalami penurunan mencapai 13.018 dari pemeriksaan 206.149 spesimen. Lalu, 17 Maret, kasus Covid-19 terus menurun di angka 11.532 kasus dari pemeriksaan spesimen yang juga menurun yaitu 194.026.
Selanjutnya, kasus Covid-19 kembali menurun mencapai 9.528 pada 18 Maret dari pemeriksaan 175.820 spesimen. Pada 19 Maret, kasus Covid-19 terus menurun di angka 7.952 kasus dari pemeriksaan 154.657 spesimen dan 20 Maret kasus Covid-19 kian menurun mencapai 5.922 kasus dari pemeriksaan spesimen yang kian menurun yaitu 122.064.
Penurunan tes
Penurunan testing ini tercatat sejak pemerintah tak lagi menerapkan kewajiban pelaku perjalanan domestik untuk menjalani swab antigen atau PCR di awal Maret lalu.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebutkan, jumlah testing Covid-19 menurun hingga 52 persen pada pekan di pertengahan Maret.
Wiku mengatakan, penurunan angka testing Covid-19 merupakan dampak dari tak lagi diwajibkannya pelaku perjalanan domestik melakukan tes Covid-19 sebagai syarat perjalanan.
"Meskipun masih memenuhi target testing dari WHO, jumlah orang yang dites per minggunya turun hingga 52 persen," kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (17/3/2022).
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022 menunjukkan bahwa 51 persen masyarakat melakukan tes Covid-19 dengan alasan urusan pekerjaan.
Kemudian, 38,1 persen masyarakat mengaku melakukan tes Covid-19 karena masuk daftar kontak erat (tracing), dan hanya 18,7 persen masyarakat yang melakukan tes Covid-19 karena merasa tidak sehat.
"Tanpa kesadaran yang tinggi untuk dites bukan tidak mungkin orang positif berbaur di sekitar kita dan menulari lebih banyak orang termasuk kelompok rentan, dan bukan tidak mungkin pula kita menjadi salah satu dari sumber penularan tersebut," ujar Wiku.
Wiku menekankan, testing Covid-19 perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Karenanya, ia meminta masyarakat untuk meningkatkan kesadaran untuk melakukan testing bila memiliki gejala dan melakukan perjalanan jarak jauh.
"Jangan sampai turunnya angka testing ini berdampak pada penurunan data kasus yang semu, yang berpotensi meningkatkan jumlah orang positif yang tidak teridentifikasi," ucap Wiku.
Arah Covid-19 tak terbaca
Ahli epidemiologi Indonesia dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, tes Covid-19 ibarat mata untuk mengetahui ke mana laju Covid-19.
"Tes ibarat mata kita terhadap virus. Tanpa tes yang memadai, kita tidak dapat melihat di mana virus atau ke mana arahnya," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/3/2022).
Dicky mengatakan, meski mayoritas masyarakat sudah divaksin Covid-19 dosis dua kali, namun, testing sangat diperlukan untuk melihat laju Covid-19.
Ia mengingatkan, kombinasi antara masifnya vaksinasi dan testing menjadi kunci pengendalian pandemi Covid-19.
Dicky mengatakan, dua aspek tersebut tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
"Tanpa melakukannya dengan tepat, yang dapat terjadi adalah lebih banyak rawat inap dan kematian, dan terus memperpanjang atau memperburuk pandemi,” ujar Dicky.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/21/06513191/kasus-covid-19-melandai-diiringi-testing-yang-menurun