“Kita dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian menunjukkan betapa kita banyak lubang di sana-sini, betapa kita jadi tahu bahwa para periset kita belum banyak mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengembangan vaksin,” kata Handoko dalam diskusi virtual bertajuk “Bagaimana Nasib Vaksin Merah Putih?” yang digelar BRIN, Rabu (16/3/2022).
Handoko juga mengatakan, periset Indonesia dihadapkan pada fakta kurangnya dukungan infrastruktur.
Kurangnya dukungan infrastruktur itu, misalnya, mengenai keberadaan Laboratorium Biosafety Level-3 (BSL-3) yang tersertifikasi untuk uji praklinis tahap dua.
Handoko juga mengungkapkan, periset Indonesia menghadapi kurangnya fasilitas. Minimnya fasilitas itu contohnya untuk melakukan produksi terbatas dengan good manufacturing practice (GMP) untuk berbagai platform dari vaksin yang dikembangkan para periset.
Karena itu, Handoko menyadari bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran berharga, khususnya bagi BRIN.
“Pandemi ini kami tidak hanya mengalami penderitaan akibat pandemi itu sendiri, tetapi khususnya untuk kmai semua para akademisi, para periset, lebih khusus lagi di BRIN,” kata Handoko.
“Pandemi ini memberikan pembelajaran yang sangat berharga dan yang harus kita manfaatkan untuk memperbaiki apa kekurangan kita,” lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/16/15493491/kepala-brin-pandemi-covid-19-tunjukkan-kekurangan-yang-dihadapi-periset