JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, mitigasi risiko penularan Covid-19 seperti menjaga jarak mestinya tetap diterapkan di transportasi umum.
Hal tersebut disampaikan Dicky menanggapi pelonggaran penumpang kereta rel listrik (KRL) yang sudah bisa duduk tanpa jarak mulai Rabu (9/3/2022).
"Ini penting untuk meminimalisir penularan virus memitigasi risiko dengan cara kapasitas tetap dikurangi, jaga jarak tetap dijaga," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/3/2022).
Dicky mengatakan, protokol kesehatan tetap harus dijalankan, mengingat subvarian Omicron BA.2 dapat memicu lonjakan kasus Covid-19 dan peningkatan jumlah kasus kematian.
Ia mengatakan, subvarian Omicron memiliki daya penularan empat kali lebih cepat dari Delta.
"Dan BA.2 ini 2 kali lebih cepat menular daripada BA.1, ini serius sehingga meyebabkan keparahan. Jadi ini yang harus diketahui sehingga jangan ada euforia semua dilonggarkan, bertahaplah dan dijaga," ujarnya.
Dicky menyarankan, pelonggaran mobilitas masyarakat sebaiknya dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan cakupan vaksinasi Covid-19 yang saat ini belum memadai.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa situasi Covid-19 saat masih berstatus pandemi dengan masih tingginya angka kematian.
"Dan proses penyebaran atau transmisi kasus di masyarakat banyak yang tidak terdeteksi karena yang pada gilirannya mengarah pada kematian. Jadi ini yang harus kita perbaiki," ucap dia.
Sebelumnya diberitakan, penumpang kereta rel listrik (KRL) sudah bisa duduk tanpa jarak mulai Rabu (9/3/2022).
Meski demikian, jumlah penumpang masih dibatasi hanya 60 persen dari kapasitas gerbong. Ketentuan menjaga jarak untuk mencegah penularan Covid-19 masih berlaku bagi penumpang yang berdiri.
Aturan terbaru itu menyesuaikan Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 25 Tahun 2022.
"Dalam aturan tersebut, kereta komuter di wilayah aglomerasi termasuk KRL Jabodetabek diperkenankan melayani pengguna hingga 60 persen dari kapasitas," kata Anne Purba, VP Corporate Secretary KAI Commuter, Rabu pagi
"Ini merupakan peningkatan setelah sebelumnya hanya melayani 45 persen dari kapasitas," sambungnya.
Guna menjalankan aturan terbaru ini, petugas KAI Commuter telah mencabut marka jaga jarak yang sebelumnya tertempel di tempat duduk KRL. Dengan demikian, semua kursi di KRL bisa diduduki penumpang.
Meski demikian, marka untuk jaga jarak tetap terpasang di lantai gerbong bagi penumpang yang berdiri.
"Dengan dihapusnya marka pada tempat duduk, KAI Commuter mengajak pengguna untuk lebih disiplin mengikuti marka berdiri," kata Anne.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/10/12145851/tempat-duduk-di-krl-tak-berjarak-lagi-epidemiolog-ingatkan-subvarian-omicron