Salin Artikel

Saat Muhammad Ali Bersujud di Istiqlal...

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Masjid Istiqlal pada Jumat 16 Maret 1990 dipenuhi umat Muslim. Mereka bukan hanya ingin hendak menunaikan salat Jumat, tetapi juga ingin melihat sosok seorang petinju legendaris dari Amerika Serikat yaitu Muhammad Ali.

Masjid termegah di Asia Tenggara itu seolah tak mampu menampung banyaknya jemaah yang hadir untuk menunaikan salat Jumat dan melihat langsung perawakan Ali. Para jemaah dilaporkan datang dari berbagai belahan Ibu Kota.

Saking tingginya antusias masyarakat ingin menyaksikan Ali membuat ruang masuk ke dalam masjid menjadi sempit. Mereka berupaya berdiri di depan untuk sekadar melihat Ali.

Ali bahkan sampai kerepotan untuk bisa masuk ke masjid. Petugas keamanan yang jumlahnya terbatas ditambah panitia harus susah payah membuka jalan dan menggeser kerumunan jemaah yang ingin melihat Ali.

Dalam kunjungan ke Masjid Istiqlal, Ali didapuk menjadi khatib salat Jumat. Di atas mimbar dia menyampaikan kebesaran yang diperolehnya dari bertinju bukan datang dari diri sendiri.

"Semuanya datang dari Allah," kata Ali.

Petinju yang dilahirkan dengan nama Cassius Marcellus Clay Jr., itu juga menyatakan rasa harunya ketika menyaksikan begitu banyaknya umat Islam di Indonesia. Saat itu dia mengatakan, akan menyebarluaskan situasi di Indonesia kepada masyarakat Islam di AS.

Dalam kesempatan itu Ali sempat berjanji suatu saat nanti akan kembali bertandang ke Indonesia berharap agar semua umat dapat hidup dalam keadaan beriman. Dia lantas menyudahi khotbah dan menunaikan salat Jumat yang dipimpin oleh imam K.H. Muchtar Natsir.

Selepas menunaikan salat, ternyata animo masyarakat untuk bisa melihat Ali tetap tinggi. Usai mengucapkan salam, ribuan masyarakat yang berada di seluruh sisi masjid beranjak mendekati Ali.

Kondisi itu membuat suasana di dalam masjid mendadak kacau. Teriakan jemaah yang menyebut nama Ali pun membahana.

"Ali ... Ali ... Ali," begitu kata mereka saat itu.

Suasana menjadi bertambah kalut ketika orang mulai berdesak-desakan. Kurangnya petugas keamanan yang dikerahkan menyebabkan Ali terpaksa bertahan sekitar satu jam lebih untuk menghindari serbuan massa.

Ketua penyelenggara Ade Nasution yang didampingi humas Geroad Yusuf serta promotor Harold Smith yang berada di mimbar berusaha menenangkan jemaah.

"Sambutan masyarakat begitu luar biasa," kata anggota panitia penyelenggara Tourino Tidar.

Ali lantas dibawa kembali ke tempatnya menginap di Hotel Sahid Jaya.

Saat itu Ali diundang ke Indonesia untuk melakukan pertandingan ekshibisi karena dia sudah memutuskan pensiun pada 1981. Nama acara pertandingan itu adalah Sony Super Show yang digelar di Istora Senayan.

Dalam lawatan ke Indonesia, Ali saat itu juga bertandang ke Yayasan Tiara Sejahtera di Taman Mini Indonesia Indah dan panti jompo Handayani. Sebelum bertanding, Ali dijadwalkan berlatih di sasana Arseto.

Enam tahun kemudian, Muhammad Ali kembali bertandang ke Indonesia. Ketika itu dia sudah berusia 54 tahun. Namun, saat itu Ali tidak menggelar pertandingan melainkan hanya menghadiri Pertemuan Pengusaha Islam se-Dunia III di Jakarta.

Ketika berkunjung ke kantor Menteri Pemuda dan Olahraga Hayono Isman, Ali menyatakan berharap bisa kembali lagi ke Indonesia.

"Insya Allah pada kesempatan lain saya dapat kembali untuk mengunjungi Anda," ujar Ali.

Sumber:

KOMPAS edisi 17 Maret 1990: Muhammad Ali di Istiqlal

KOMPAS edisi 25 Oktober 1996: Muhammad Ali Pamit

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/22/10530541/saat-muhammad-ali-bersujud-di-istiqlal

Terkini Lainnya

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke