Salin Artikel

Pendidikan, SDM Unggul dan Ekonomi Digital

Menarik untuk dicermati, terlepas dari rivalitas dan perbedaan pandangan politik, mereka memiliki satu kesamaan terkait masa depan negara.

Dalam setiap persaingan kandidat Presiden, setidaknya sejak Obama vs Mc Cain (2008), Obama vs Romney (2012), Trump vs Hillary (2016) hingga Trump vs Biden (2020), kedua kandidat sama-sama memiliki program penguatan pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematic) bagi pendidikan dasar-menengah, serta penguatan kegiatan penelitian di pendidikan tinggi yang mendorong terciptanya inovasi teknologi.

Kesamaan cara pandang tersebut dimotivasi oleh keyakinan bahwa negara yang mampu membentuk ekosistem ekonomi digital akan menjadi pemimpin ekonomi dunia.

Sementara itu, ekosistem digital terus bertranlasi aktif, di mana bukan hanya teknologi internet yang menjadi penggerak utama, melainkan juga teknologi digital lainnya, seperti Artificial Intelligence, Quantum Computing, 5G/6G Wireless, Big Data dan Block chain.

Sejak hampir 100 tahun lalu, Joseph Schumpeter dalam karya-karyanya “The Instability of Capitalism” (1928), “The Theory of Economic Development” (1934) sudah menyatakan bahwa ekonomi, teknologi dan inovasi tidak akan saling terpisahkan.

Di era ekonomi digital, kemajuan peradaban bangsa bertumpu pada tiga pilar, yaitu Inovasi dan Teknologi sebagai economic enabler; Manusia yang dapat berperan ganda sebagai subyek (dalam fungsinya sebagai produsen, industri pencipta teknologi) atau obyek (dalam fungsinya sebagai kosumen, pasar pengguna teknologi); serta Pemerintah yang berperan sebagai pembuat kebijakan untuk mengharmonisasi ekosistem ekonomi digital.

Di sinilah pentingnya peran Pemerintah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kompetensi --atau serendah-rendahnya literasi standard-- penguasaan teknologi, sehingga manusia tidak sekadar menjadi obyek, namun menjadi subyek produsen ekonomi dan pencipta teknologi.

Merujuk pada strategi para kandidat Presiden Amerika Serikat, persiapan itu dilaksanakan secara terstruktur pada penguatan pendidikan STEM bagi pendidikan dasar-menengah hingga penguatan riset inovatif di Pendidikan Tinggi.

Bagaimana dengan Indonesia? Visi Presiden Joko Widodo mewujudkan SDM Unggul sebenarnya telah cukup baik diterjemahkan oleh Kementrian terkait.

Meskipun program penguatan pendidikan STEM pada pendidikan dasar-menengah masih memiliki banyak tantangan, upaya di level pendidikan tinggi telah dimulai dengan beberapa program.

Di tahun 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi (saat itu masih bernama Kemenristek Dikti) menyatakan bahwa setiap lulusan sarjana dari berbagai program studi harus adaptif dengan era industri 4.0 dengan memiliki literasi data, teknologi, dan humanisme.

Sebelumnya, jamak dipahami bahwa penguasaan tentang data dan teknologi hanyalah untuk mahasiswa bidang ilmu teknik, sains atau komputer saja.

Pada tahun 2019, kebijakan “merdeka belajar” yang dicanangkan mas Menteri Nadiem Makarim membuka ruang bagi mahasiswa untuk melakukan studi independen setara 40 SKS.

Tujuannya untuk mewujudkan ide gagasan seorang mahasiswa menjadi sebuah produk inovatif.

Bersamaan dengan hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi memiliki program-program pendanaan penelitian bagi Perguruan Tinggi.

Harapan besarnya adalah terwujud pola ideal, di mana hasil riset teknologi dari perguruan tinggi dapat bernilai jual untuk diproduksi massal oleh industri dalam negeri.

Seluruh kebijakan tersebut tidak lain adalah upaya agar menjadikan SDM Indonesia menjadi subyek ekonomi di era ekonomi digital.

Lanskap Iptek Indonesia (Kemenristek, 2017) menyajikan fakta bahwa neraca perdagangan Indonesia cenderung negatif untuk produk dengan intensitas teknologi medium dan tinggi.

Hal ini bermakna bahwa produk-produk berbasis teknologi medium dan tinggi, seperti elektronika dan telekomunikasi, masih didominasi oleh produk impor.

Secara tidak langsung fakta ini juga mengindikasikan bahwa inovasi teknologi dalam negeri belum memiliki nilai jual memadai sehingga industri cenderung memilih melakukan impor.

Di sinilah sebenarnya tercipta peluang besar dari ekosistem ekonomi digital, di mana produsen lebih membutuhkan modal ilmu pengetahuan (knowledge) dibandingkan bahan baku fisik (raw material).

Peluang inovasi dapat tercipta dari perwujudan ide dan gagasan melalui penguasaan kompetensi teknologi pemrograman komputasi (coding), yang akan terwujud pada produk-produk terapan seperti software, perangkat Internet of Things, berbagai platform mobile-apps.

Mempersiapkan SDM Unggul Indonesia melalui pendidikan STEM dan kegiatan penelitian inovatif perguruan tinggi, pada dasarnya adalah investasi besar untuk pembangunan manusia Indonesia yang akan berperan sebagai produsen di era ekonomi digital.

Pada akhirnya persiapan SDM unggul bukanlah semata-mata tanggung jawab Kementerian Pendidikan, Badan Riset ataupun sektor industri.

Satu fakta menunjukkan ketimpangan di mana mayoritas industri pengembang teknologi terkonsentrasi di Jawa, sementara penyelenggaraan pendidikan tinggi sudah ada di setiap Provinsi.

Oleh karena itu, setiap pemerintah daerah seharusnya juga memiliki program untuk memperbanyak pendirian start up atau industri produsen teknologi lokal yang bersinergi dengan perguruan tinggi setempat.

Sebagai negara besar yang menganut sistem otonomi daerah, sudah selayaknya ekosistem ekonomi digital terwujud secara merata di penjuru negeri.

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/04/15092261/pendidikan-sdm-unggul-dan-ekonomi-digital

Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke