JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD buka-bukaan.
Ia bicara tentang adanya menteri yang meminta anak buahnya untuk "mencarikan" uang setoran, perjalanan hidupnya yang nyaris menjadi calon wakil presiden (cawapres), hingga ambisi di Pilpres 2024.
Hal itu tertungkap dalam program Aiman Kompas TV yang ditayangkan Selasa (11/1/2022).
Menteri minta setoran
Mahfud bercerita bahwa suatu waktu ada seorang direktur jenderal (dirjen) dari suatu kementerian yang pernah mendatangi dirinya.
Kepada Mahfud, dirjen itu mengungkap bahwa dirinya diminta mencarikan uang dari proyek perizinan yang ia kerjakan untuk disetor ke pimpinannya.
Uang itu, kata Mahfud, masuk ke kantong pribadi sang menteri.
Mahfud tak mengungkap siapa sosok dirjen dan menteri itu. Namun, ia memastikan dirjen tersebut kini sudah mundur dari jabatannya.
"Kan ada yang sampai ditangkap, ada dirjen kan katanya ini setoran untuk menteri. Bahkan ada seorang dirjen mundur dari satu kementerian," kata Mahfud dikutip dari YouTube Kompas TV.
"Dia datang ke saya sebelum mundur, Pak saya disuruh nyetor, suruh cari uang 40 miliar dari kedirjenan saya ini karena mengurusi perizinan-perizinan apa gitu. Mundur dia, tapi diumumkannya dipecat, diberhentikan," tuturnya.
Mahfud mengatakan, kejadian itu banyak ia jumpai. Namun, dia tak mengungkap sosok yang ia maksud.
"Kan banyak yang sekarang untuk masuk...," kata Mahfud.
"Ke dompet pimpinannya? Dompet menterinya misalnya?," tanya Aiman memastikan.
"Iya," tegas Mahfud.
Berkaca dari peristiwa itu, Mahfud mengaku enggan melakukan hal serupa. Oleh karenanya, ia mewanti-wanti sekretarisnya agar tak mencarikan uang setoran untuk dirinya.
"Saya di sini juga bilang, Pak Ses (Sekretaris Menko Polhukam), saya perlakukan dengan wajar, yang gaji saya berikan gaji saya, honor honor saya berikan yang sah, tapi yang tidak ada jangan cari-cari," kata Mahfud.
"Gitu aja biar semua selamat, Anda selamat, saya selamat," lanjut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.
Mahfud juga mengingat perjalanan hidupnya yang nyaris jadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019.
Menurut Mahfud, kala itu dirinya sudah dihubungi pihak Istana untuk mempersiapkan diri. Mahfud bahkan diminta menjahit baju untuk konvoi.
Namun, pada detik-detik terakhir, rencana itu berubah. Nama Mahfud digantikan oleh Ma'ruf Amin.
Mengingat peristiwa tersebut, Mahfud mengaku tak kecewa. Ia menyadari bahwa di politik biasa terjadi manuver tinggi.
"Politik begitu bisa terjadi belokan tiba-tiba. Enggak apa-apa, itu biasa aja, selalu terjadi," kata dia.
Meski demikian, pada tahun 2019 Mahfud mengakui hasratnya untuk menjadi pimpinan negara sangat besar.
Bahkan, kala itu, Mahfud sempat merasa tak suka pada beberapa figur yang disebut-sebut berpotensi menjadi peserta Pilpres.
"Kalau tahun 2019 saya itu bergairah, sekarang ini saya nggak. Dulu kalau ada nama muncul saya agak nggak suka, masa gitu. Dia apa lebihnya dari saya," ucap Mahfud.
Ambisi 2024?
Hasrat Mahfud di 2019 itu ternyata memudar. Sekarang, Mahfud mengaku senang jika ada nama-nama baru yang disebut potensial masuk ke bursa capres.
"Sekarang muncul nama Anies (Anies Baswedan) bagus juga, Puan (Puan Maharani) bagus juga, Ganjar (Ganjar Pranowo) bagus juga. Artinya nggak punya rasa bahwa harus berbenturan, harus apa," kata dia.
Mahfud mengatakan, dirinya tidak lagi berambisi mencalonkan diri di Pilpres. Berbeda dari Pilpres 2019 lalu, kali ini Mahfud tak mau terlalu ngoyo.
"Mengalir saya, dan saya tidak akan berusaha untuk itu," katanya.
Mahfud mengatakan, dirinya akan fokus bekerja sambil melihat situasi di 2024 kelak.
Mantan Ketua Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (HAM) era Gus Dur itu bahkan mengaku siap jika di tahun 2024 dirinya pensiun dari panggung politik Tanah Air.
"Karena begini, saya punya pengalaman ketika saya ingin menjadi sesuatu itu tidak jadi. Ketika sedang tidak ingin menjadi sesuatu jadi," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/13/09084441/blak-blakan-mahfud-soal-menteri-yang-minta-rp-40-m-hingga-ambisi-pilpres