Salin Artikel

Vent-I, Upaya Membangun Industri Alkes untuk Negeri, dan Pesan Trisakti Bung Karno

PADA Desember 2019, dunia digemparkan oleh berita hadirnya virus baru, virus corona—nama generik virus ini adalah Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2) dan nama generik penyakit akibat virus ini adalah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Gambaran kengerian virus itu begitu nyata. Foto dan video beredar begitu cepat menyebat dari pusat kejadiannya di Wuhan, Tiongkok, ke seluruh dunia.

Orang-orang bergelimpangan di jalan. Pemerintah Tiongkok menutup kota sehingga warga Wuhan terkunci tidak bisa pergi ke kota lain.

Hingga, akhirnya Pemerintah Tiongkok melakukan lockdown terhadap Wuhan. Warga tak boleh berkeliaran. Petugas yang datang mengenakan baju mirip astronot.

Sebuah gambaran yang hanya bisa disaksikan di film-film, kini nyata di depan mata.

Di tahap awal, sejumlah menteri Indonesia masih meremehkan wabah ini. Hingga kemudian, pada 2 Maret 2020, dua korban pertama di Indonesia terdeteksi. Mereka warga Depok, ibu dan anaknya. Namun, rupanya tidak parah dan kemudian sembuh.

Lalu, pada 14 Maret 2020, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga terpapar Covid-19. Ia menderita gejala parah. Foto-fotonya mengenakan alat bantu pernapasan (ventilator) beredar.

Ya, sesuai namanya, virus ini menyerang paru-paru. Publik pun lalu heboh tentang pentingnya ketersediaan ventilator.

Terlebih lagi, sejumlah negara yang lebih dulu terjangkit wabah—WHO telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, artinya sudah menjadi wabah global karena persebarannya yang cepat—mengalami kekurangan ventilator. Harga alat ini juga lumayan mahal.

Vent-I dan akhir valley of death

Berdasarkan kenyataan itu, para insinyur dan dokter yang kreatif dan peduli melakukan antisipasi dan persiapan.

Ya, soal persiapan ini sangat penting, karena Indonesia berpengalaman menghadapi wabah seperti flus burung (akibat virus H5N1) pada 2005 dan SARS pada 2002.

Di antara yang peduli dan kreatif itu adalah dosen ITB, Prof Syarif Hidayat. Ia merancang ventilator buatannya. Ia lalu menggandeng para dokter.

Pada Juni 2020, ventilator buatannya sudah jadi. Ia menamakannya sebagai Ventilator Indonesia atau disingkat Vent-I.

Nama yang nasionalistik sekali. Harus diakui, alat-alat kesehatan dan obat-obatan mayoritas merupakan barang impor.

Panasonic Health Care Indonesia (PHCI), perusahaan dalam negeri yang mengkhususkan diri sebagai produsen alat-alat kesehatan pun tertarik untuk memproduksi Vent-I. Perusahaan ini milik Rachmat Gobel, pengusaha yang dikenal sangat nasionalistik.

Sebagai perusahaan patungan dengan Jepang, prototipe buatan Syarif pun dikirim ke Jepang untuk diuji. Setelah melalui penyesuaian, Vent-I dinyatakan bisa diproduksi dan telah disesuaikan dengan standar kualitas Panasonic.

Pada Januari 2021, Vent-I sudah bisa diproduksi massal. Menristek Bambang S Brodjonegoro yang meluncurkan Vent-I.

“Kita menyaksikan suatu upaya yang tidak mudah tapi membuahkan hasil, yakni hilirisasi produk riset,” kata Bambang, Selasa, 26 Januari 2021.

Hari Tjahjono, dari ITB, menyebut momen ini sangat bersejarah. Menurut dia, hal yang paling ditakutkan oleh kalangan perguruan tinggi adalah bagaimana hasil risetnya bisa menjadi produk industri.

Dengan telah diluncurkannya Vent-I, mereka telah melampaui apa yang dinamakan valley of death. Banyak hasil riset di kampus-kampus hanya menumpuk di kertas atau di gudang, tak memiliki kelayakan untuk masuk industri.

Kini, Vent-I tidak hanya melambangkan nasionalisme yang menyala tapi juga membuktikan kelayakan untuk dimanfaatkan oleh publik.

Nama lengkap ventilator ini adalah Ventilator CPAP Vent-I Essential 3.5. Namun, nama publiknya adalah Vent-I.

Ventilator ini telah memenuhi standar internasional dari International Electronical Commission (IEC 60601), standar persyaratan ventilator (IEC 80601), standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN 55011 – CISPR 11).

Vent-I Juga telah lolos dari uji klinis di Universitas Padjadjaran dan BPFK Kemenkes, serta telah memiliki izin edar dari Kemenkes.

Sebagai bagian dari upaya berdaulat di bidang alat-alat kesehatan, Vent-I telah ditinjau oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.

“Dari segi kualitas saya percaya karena telah diuji oleh yang lebih berpengalaman, yaitu oleh Jepang,” kata Menkes saat berkunjung ke pabrik PHCI di Cikarang, Bekasi.

Mewujudkan pesan Trisaksi Soekarno

Dalam pidato kenegaraan di DPR RI, pada 16 Agustus 2021, Presiden Joko Widodo menyatakan, “Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan.”

Presiden juga mengatakan, struktur ekonomi Indonesia 55 persen adalah kontribusi konsumsi rumah tangga.

“Kita harus alihkan menjadi lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor,” kata Presiden.

Karena itu, Presiden mengatakan, “Perluasan akses pasar bagi produk-produk dalam negeri menjadi perhatian serius pemerintah. Program Bangga Buatan Indonesia terus kita gencarkan.”

Sesuai pidato Presiden tersebut, pembuatan ventilator karya anak bangsa merupakan jawaban konkret.

Terlebih lagi, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri, yang di dalamnya mengatur tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Untuk efektivitas pelaksanaan PP ini, Presiden membentuk tim yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan, yaitu sebagai ketua umum Timnas Penguatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.

Pada Pasal 62 ayat (2) jelas disebutkan bahwa persyaratan minimal TKDN adalah 25 persen. Jika ada barang produksi dalam negeri dengan TKDN minimal 25 persen maka kita wajib menggunakan produk tersebut.

Sesuai sertifikat, Vent-I memiliki TKDN 42,42 persen.

Namun, seperti dikatakan Bambang Soesatyo, “Kondisi alat kesehatan di Indonesia hampir 94 persen tergantung produk impor. Saatnya prioritaskan alat kesehatan dalam negeri.”

Hal itu juga yang menjadi perhatian Presiden bahwa kasus Covid-19 ini telah membuka mata bangsa Indonesia bahwa kemandirian obat, vaksi, dan alat kesehatan merupakan kelemahan serius yang dihadapi Indonesia.

Sebetulnya ketergantungan pada impor juga terjadi di sektor-sektor lain. Karena itu, sudah beberapa lama publik mengakui bahwa Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi.

Ini karena tak kuatnya pemihakan dan lemahnya rasa kebangsaan. Padahal, khusus untuk menghadapi pandemi ini, pemerintah sudah mengeluarkan dana Rp 885 triliun.

Membangun industri itu bukan sekadar modal dan untung rugi seperti pedagang. Ada proses mencipta dan daya kreasi.

Ini yang tak mudah. Karena, hal itu mencakup pembudayaan dan terbangunnya nilai-nilai tentang proses kreatif dan daya cipta.

Ini bukan soal lo jual, gua beli. Ini tentang karakter unggul proses mencipta. Tak semua orang bisa, tak semua bangsa bisa melampaui valley of death.

Menjadi negara industri bukan soal berkuasa, melainkan soal kejuangan dan kebangsaan.

Ingat-ingat pesan Bung Karno tentang Trisakti, "Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan."

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/21/12533371/vent-i-upaya-membangun-industri-alkes-untuk-negeri-dan-pesan-trisakti-bung

Terkini Lainnya

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke