"Saya enggak habis pikir sekarang beberapa pegawai senior yang berdedikasi dan kinerja bagus terancam disingkirkan hanya karena tes wawasan kebangsaan yang kontroversial ini," kata Febri melalui akun Twitter miliknya, @febridiansyah pada Kamis (6/5/2021).
Ia telah mengizinkan Kompas.com untuk mengutip twit yang ia unggah.
Ia pun menceritakan pengalamannya mengikuti seleksi pegawai KPK yang sebenarnya tidak mudah.
"Angkatan saya saat itu dididik dan ditempa di Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar selama 2 bulan," kata Febri.
Dia juga menuturkan, angkatan sebelumnya bahkan ada yang dididik BAIS TNI dan Akpol.
Ia menuturkan, selama 2 bulan masa induksi, para calon pegawai dibekali berbagai materi berupa materi fisik, disiplin, aspek kebangsaan dan cinta tanah air, hingga materi-materi intelijen dan hukum.
Febri bercerita, ia bergabung ke KPK melalui program seleksi pegawai yang saat itu bertajuk Indonesia Memanggil.
"Ya, karena kami yang ikut seleksi merasa terpanggil untuk berbakti pada Indonesia. Saya lulus Indonesia Memanggil 7 (IM-7), sekitar tahun 2013 bersama 159 pegawai lainnya," kata Febri.
Tahap pertama adalah seleksi administrasi di mana peserta ditanya soal pondasi-pondasi integritas dan motivasi masuk KPK.
Tahap kedua adalah tes potensi yang digelar seharian penuh. Febri menyebut, beberapa soal yang diajukan dalam tes tersebut mirip dengan tes masuk PNS.
Tahap ketiga adalah tes kompetensi sesuai bidang masing-masing dan pengetahuan umum tentang berbangsa dan bernegara, hukum, dan pemberantasan korupsi.
"Karena saya melamar sebagai penyelidik, ada juga pertanyaan tentang audit," kata Febri.
Febri menuturkan, tahap tes kompetensi itu juga terdiri dari tes wawancara dengan konsultan.
"Saya merasakan hanya hal yang relevan yang digali. Bahkan ada pertanyaan mendalam tentang integritas dan independensi," kata dia.
Selain tiga tahap di atas dan tes kesehatan yang menjadi tahap keempat, Febri menyebut juga ada sesi leaderless group discussion dalam proses seleksi tersebut.
Ia mengatakan, leaderless group discussion itu membahas tentang nilai-nilai dasar antikorupsi seperti kejujuran serta bagaimana membangun prinsip antikorupsi dalam kehidupan bermasyarakat hingga bernegara.
Setelah seluruh tahap dilalui, peserta yang lolos seleksi dipanggil wawancara dengan unit kerja masing-masing.
Febri menyebut, calon pegawai yang lolos ke tahap wawancara unit kerja telah memenuhi kompetensi dasar dan tinggal dicocokkan dengan pelaksanaan tugas unit masing-masing.
Induksi di Batujajar
Ketika peserta dinyatakan telah lolos seluruh tahapan, mereka masih harus menjalani induksi pegawai yang disebut sebagai tahapan paling 'terkenal' di setiap angkatan KPK.
Febri dan angkatannya menjalani masa tersebut di Pusat Pendidikan Kopassus di Batujajar selama 2 bulan.
Ia menuturkan, selama masa induksi, para calon pegawai dibekali berbagai materi berupa materi fisik, disiplin, aspek kebangsaan dan cinta tanah air, hingga materi-materi intelijen dan hukum.
Rutinitas calon pegawai juga terbilang padat. Mereka harus bangun pukul 4 pagi lalu berolahraga, shalat subuh berjemaah, mandi, upacara, apel pagi, baris berbaris, serta mengikuti kelas.
"Sesi harian berakhir sampai apel malam sekitar jam 8 atau 9. Kemudian kami bersih-bersih dan bersiap istirahat. Tapi ada kewajiban untuk jaga barak secara bergantian tiap jam smpai pagi," kata Febri.
Tidak hanya itu, peserta juga di bawa ke tempat latihan hutan Kopassus di Situ Lembang.
Di sana, kata Febri, peserta lebih ditempa di mana hampir setiap saat pelatih menekankan soal kebangsaan.
"Yang saya ceritakan mungkin hanya bagian kecil. Pegawai-pegawai KPK di angkatan sebelumnya saya dengar melalui proses yang lebih berat," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/05/07/15201911/heran-pegawai-kpk-terancam-dipecat-karena-twk-febri-diansyah-mereka-sudah