Hal tersebut disampaikan Bambang dalam konferensi pers penyerahan GeNose C19 dan rapid test berbasis antigen CePAD kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Kamis (7/1/2021).
Namun sebagai tahap awal, kata dia, pada Februari nanti mereka ditargetkan bisa memproduki 5.000 per bulan.
"Februari targetnya 5.000 per bulan, kemudian akhir Februari-Maret sudah 10.000. Intinya konsorsium siap 30.000-40.000," kata Bambang.
Meskipun produksi dalam jumlah banyak, kata dia, tetapi kuncinya tetap pada permintaan dari para pengguna.
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada berbagai pihak yang memiliki kewenangan dalam melakukan tracing untuk Covid-19, penggunaan alat buatan dalam negeri seperti GeNose C19 bisa diutamakan.
"Baik GeNose maupun CePAD merupakan karya luar biasa yang mungkin tidak dibayangkan, karena mereka melakukan ini dalam waktu singkat," kata dia.
GeNose C19 merupakan alat rapid test untuk mendeteksi awal Covid-19 di tubuh seseorang dengan cara mengembuskan napas, buatan Universitas Gadjah Mada.
Sedangkan CePAD merupakan alat rapid test antigen dengan fungsi yang sama, yakni untuk mendeteksi awal Covid-19, buatan Universitas Padjadjaran (Unpad).
"Karena pandemi kan di Indonesia (terjadi) Maret tapi pada Desember-Januari 2021, kedua alat sudah ada. Tingkat perkembangannya baik sekali," ujar Bambang.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan bahwa pihaknya siap mengupayakan berbagai inovasi untuk produksi alat-alat tersebut. Termasuk perbaikan-perbaikan juga terus dilakukan.
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/08/11273741/menristek-lima-perusahaan-konsorsium-siap-produksi-hingga-40000-genose-c19