Salin Artikel

Sinergi dan Koordinasi Dibutuhkan untuk Wujudkan Kota Layak Anak

Terlebih, saat ini Pemerintah Indonesia dan Iran telah sepakat kerja sama tentang perlindungan anak dan ingin agar anak dapat dilibatkan secara keseluruhan serta masif untuk mewujudkan KLA.

"Keterlibatan serta saling dukung antar-stakeholder menjadi kunci sehingga tercipta tatanan hidup yang layak bagi anak," ujar Plt Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian PPPA, Lenny N Rosalin, dikutip dari siaran pers, Rabu (18/11/2020).

Lenny mengatakan, kunci mewujudkan KLA adalah bagaimana seluruh stakeholder saling bersinergi dan berkoordinasi.

Ini termasuk juga keselerasan antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menyukseskan KLA di setiap daerah.

Menurut dia, pengembangan KLA merupakan tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan pemerintah pusat bertugas melakukan koordinasi dan pendampingan.

"Pelaksanaan KLA di Indonesia bersinergi, beririsan dan saling dukung antar sistem kabupaten/kota lainnya, seperti kota peduli Hak Asasi Manusia (HAM), kota sehat, kota inklusif, kota pintar, dan kota hijau," kata Lenny.

Adapun hingga Juli 2019 KLA telah diimplementasikan di 435 kabupaten/kota atau sekitar 85 persen dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

Sementara itu, Deputi Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Sekretaris Konvensi Hak Anak Iran Abbasi mengatakan, Pemerintah Iran telah berupaya mewujudkan KLA.

Antara lain, melalui pembentukan sekretariat KLA yang bersinergi dan merangkul pemerintah daerah serta NGO untuk meningkatkan kualitas hidup dan terpenuhinya hak anak.

“Kami berharap dapat memaksimalkan perlindungan anak dan pembentukan kota-kota yang ramah anak di wilayah Iran lainnya," ucap dia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/11/18/15280111/sinergi-dan-koordinasi-dibutuhkan-untuk-wujudkan-kota-layak-anak

Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke