JAKARTA, KOMPAS.com - Cendekiawan muslim Nahdlatul Ulama Ulil Abshar Abdalla menilai, demokrasi saat ini dianggap tidak efektif menggenjot investasi dan menangani pandemi.
Hal itu dikarenakan munculnya keraguan, baik di kalangan elit pemerintah maupun masyarakat sipil, terhadap demokrasi itu sendiri.
"Sekarang ini saya melihat ada semacam skeptisisme baik di kalangan pejabat maupun sebagian masyarakat sipil terhadap demokrasi. Jadi sekarang ini skeptisisme terhadap demokrasi datang bukan sekadar dari kalangan teman-teman HTI yang selama ini dicap sebagai kelompok anti demokrasi," kata pria yang akrab disapa Gus Ulil ini dalam diskusi virtual bertajuk "Nasib Demokrasi di Masa Pandemi", Selasa (17/11/2020).
Ia pun menjelaskan bahwa demokrasi yang diikuti dengan kebebasan politik rupanya tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah. Hal itu dikarenakan penerapan kebebasan yang sudah terlalu bebas.
"Terlalu kebablasan, sehingga dirasakan penting untuk melakukan intervensi untuk mengontrol kebebasan ini. Salah satunya dengan disahkannya UU Cipta Kerja," ujarnya.
Meski demikian, ia mengatakan, pemerintah hingga kini belum menyatakan secara gamblang bahwa demokrasi yang diterapkan di Indonesia sudah tidak efektif.
Selain itu, ia menambahkan, model ekonomi China kini dianggap jauh lebih tepat untuk Indonesia.
"Jadi seolah-olah model ekonomi China yang lebih terpimpin secara politik, terkontrol semua stabil. Itu oleh banyak kalangan baik di kalangan pemerintah dan kalangan masyarakat sipil," jelas dia.
Lagi-lagi, kata dia, China juga dianggap sukses dalam menangani wabah pandemi daripada negara-negara yang memiliki sistem demokrasi.
Ia pun membandingkan kesuksesan China dalam menangani pandemi dibandingkan negara lain, seperti Amerika Serikat, Italia, Inggris, dan Prancis.
"Itu pengalaman negara-negara demokratis yang gagal menangani pandemi, dan sangat memalukan. Terutama Amerika Serikat. Padahal demokrasinya paling terkonsolidasi di Barat saat ini. Ternyata mereka gagal mengatasi pandemi dibandingkan China," ucapnya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/11/17/12221751/cendekiawan-muslim-demokrasi-dinilai-kurang-efektif-genjot-investasi-dan