Pemilu di Negeri Ginseng itu memang kerap kali dijadikan contoh sejumlah pemangku kepentingan di Indonesia yang juga tengah menyelenggarakan Pilkada 2020.
Sebab, pasca-digelarnya pemilu, dilaporkan tak ada lonjakan kasus Covid-19.
"Setelah pelaksanaan pemilu legislatif 15 April kalau kita lihat dari grafik penambahan jumlah kasus per hari itu tidak ada penambahan. Malahan ada penurunan dari jumlah kasusnya," kata Umar dalam sebuah diskusi daring, Selasa (20/10/2020).
"Maka terbukti bahwa upaya protokol kesehatan yang diterapkan dalam pemilu 15 April itu berhasil," kata dia.
Umar mengatakan, kala itu ada dua hal besar yang disiapkan KPU Korea Selatan untuk menyelenggarakan pemilu.
Pertama, untuk mencegah kerumunan, pemungutan suara dilakukan melalui dua metode yakni early voting dan mencoblos di TPS.
Early voting dilaksanakan pada 10 dan 11 April 2020. Mereka yang memilih metode early voting mencoblos di tempat-tempat yang sudah disediakan KPU.
Sementara, metode coblos di TPS diselenggarakan pada 15 April. Untuk memecah konsentrasi massa, dilakukan penambahan 200 TPS.
Di TPS diterapkan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker dan sarung tangan, menjaga jarak, mencuci tangan, hingga mengukur suhu tubuh pemilih.
Semua yang berada di TPS diminta tak berbicara demi meminimalisasi kemungkinan penularan virus corona.
"Orang datang ke TPS itu diukur suhunya kalau di atas 37,5 derajat Celcius dia jalurnya beda, enggak boleh mencampur ke yang biasa," ucap Umar.
Menurut Umar, mereka yang datang ke TPS patuh pada protokol kesehatan karena sudah paham betul alur mencoblos dengan disiplin protokol kesehatan.
Umar menyebutkan, KPU Korea Selatan sangat masif dalam mensosialisasikan protokol kesehatan pemilu melalui televisi, radio, buku, hingga media sosial.
Para petugas TPS dan saksi partai politik pun diberi pelatihan yang cukup mengenai penyelenggaraan pemilu di masa pandemi.
"Jadi dipastikan betul bahwa petugas-petugas TPS maupun saksi-saksi dari partai politik mendapatkan pelatihan yang cukup, informasi yang cukup tentang bagaimana menyelenggarakan pemilu di masa pandemi," ujarnya.
Hasilnya, tingkat partisipasi pemilih di pemilu 2020 mencapai rekor setelah 28 tahun, yakni 66,2 persen.
Umar merinci, 11 juta pemilih atau 26,75 persen menggunakan hak pilihnya melalui early voting. Sedangkan yang mencoblos di TPS pada 15 April mencapai 29 juta pemilih.
Kendati demikian, lanjut Umar, pada saat pemilu digelar pemerintah Korea Selatan cenderung mampu menekan laju penyebaran virus corona.
"Pada gelombang pertama sejak Febuari dan Maret Korea Selatan bisa menekan laju penyebaran, tapi Juni, Juli, Agustus terjadi gelombang kedua tapi ini pun kembali bisa dengan cepat ditekan," kata dia.
Adapun Pilkada Serentak 2020 di Indonesia digelar di 270 wilayah di Indonesia, meliputi sembilan provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.
Masa kampanye berlangsung selama 71 hari, dimulai sejak 26 September dan berakhir 5 Desember 2020.
Sementara, hari pemungutan suara Pilkada rencananya akan dilaksanakan secara serentak pada 9 Desember.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/21/09510551/penjelasan-dubes-ri-soal-keberhasilan-pemilu-korsel-di-tengah-pandemi