Namun, menurutnya, dalam batik juga terdapat makna filosofis kehidupan rakyat Indonesia.
"Batik bukan hanya selembar kain bermotif, bukan hanya buah karya dan hasil tenunan, tapi di dalamnya terkandung makna filosofis kehidupan rakyat Indonesia mulai dari lahir hingga kembali kehadirat Tuhan," kata Nadiem Makarim dalam acara Pembentangan Kain Batik Garuda Nusantara, Jumat (2/10/2020).
Nadiem mengatakan, Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober merupakan keberhasilan ikhtiar bersama bangsa Indonesia yang 11 tahun lalu berupaya mendiplomasikan pelestarian budaya.
"UNESCO menetapkan batik masuk dalam daftar warisan budaya tak benda untuk kemanusiaan, suatu hal yang luar biasa" kata Nadiem.
"Sudah sepatutnya kita menjaga warisan budaya ini," tutur dia.
Batik, kata Nadiem, menuangkan kreativitas dan spiritualitas masyarakat Indonesia yang tidak lekang oleh waktu.
Oleh sebab itu, Nadiem mengapresiasi inisiatif pembuatan kain batik sepanjang 74 meter yang diberi nama oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kain Batik Garuda Nusantara.
"Saya berharap promosi mahakarya ini dapat menghadirkan manfaat bagi masyarakat dan menginspirasi banyak sekali masyarakat kita terutama manfaat ekonomi di tengah tantangan pandemi yang kita hadapi," ujar Nadiem.
Selain itu, Ia juga menyambut gembira adanya inisiatif gotong royong pembuatan sentra pasar digital batik Indonesia yang mengkurasi langsung dari para perajin dan maestro batik.
"Semoga pasar digital ini membuka akses seluas-luasnya bagi peminat di Indonesia dan mancanegara agar tidak hanya mengangkat perekonomian tapi juga mendorong edukasi dan pelestarian batik," tutur Mandikbud Nadiem.
"Jadikan inisiatif ini sebagai contoh, perbanyak serta kembangkan terus," tutur dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/10/02/21312731/nadiem-batik-bukan-sekadar-kain-terkandung-makna-filosofis-di-dalamnya