Hal ini terlihat dari penelitian awal pengembangan bibit vaksin yang dilakukan lembaga molekuler Eijkman.
"Yang harus diperhatikan dari penelitian tahap awal, ada kemungkinan pemberian bisa lebih dari sekali untuk setiap individu," kata Bambang dalam keterangan pers usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Bogor, Rabu (9/5/2020).
Jika memang vaksin harus disuntikkan lebih dari sekali, maka artinya Indonesia perlu meningkatkan kapasitas produksi.
Dengan penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta, maka akan dibutuhkan 540 juta dosis jika vaksin disuntikkan dua kali ke satu orang.
"Otomatis butuh kapasitas produksi besar," kata dia.
Untuk itu, pemerintah akan turut melibatkan perusahaan swasta untuk memproduksi massal vaksin.
Keterlibatan swasta ini diharapkan bisa mempercepat produksi vaksin sehingga mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Awalnya, rencana produksi massal vaksin hanya melibatkan Badan Usaha Milik Negara, PT Bio Farma.
"Selain Bio Farma yang akan memproduksi 250 juta dosis per tahun, kami dalam konsorsium vaksin merah putih juga menundang beberapa perusahaan farmasi swasta untuk ikut memproduksi vaksin Covid-19," kata Bambang.
Bambang menyebut, sejauh ini sudah ada tiga perusahaan farmasi swasta yang potensial untuk ikut memproduksi vaksin Covid-19. Namun ketiga perusahaan tersebut harus memenuhi sejumlah syarat.
"Tentunya mereka harus urus izin ke BPOM untuk cara pembuatan vaksin yang baik dan harus menyiapkan line of production," kata dia.
Adapun pengembangan bibit vaksin merah putih yang dilakukan Eijkman saat ini sudah mencapai 50 persen. Uji coba pada hewan ditargetkan rampung pada tahun ini.
Dengan demikian, pada awal tahun depan bisa dilakukan uji klinis pada manusia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/09/09/12502231/penelitian-awal-vaksin-covid-19-perlu-disuntikkan-lebih-dari-sekali