Jika dipersentasekan, angka tersebut tak sampai 1 persen dari jumlah total pesantren di Indonesia.
"Alhamdulillah sejauh ini boleh dikatakan yang baru kita tahu yang terkena menjadi klaster ya hanya 3 pesantren kalau tidak salah saya. Jadi kalau dihitung presentasenya hanya 0,000 sekian persen," kata Fachrul dalam sebuah forum virtual yang digelar Kemendikbud RI, Jumat (7/8/2020).
Menurut Fachrul, sejak Covid-19 menjadi pandemi, tak seluruh pesantren tutup dan memulangkan santrinya ke rumah.
Banyak pesantren yang tetap menggelar kegiatan pembelajaran seperti biasa, utamanya di daerah yang dibolehkan pemerintah.
Hanya saja, diwajibkan bagi mereka untuk menjamin keamanan ustaz, guru, dan santri dari penularan virus melalui penerapan protokol kesehatan.
Hal inilah yang menurut Fachrul menyebabkan kecilnya angka penularan Covid-19 di lingkungan pesantren.
"Memang pada saat mulai terjadinya Covid pesantren itu ada sebagian yg tetap buka seperti biasa saja, tidak peduli zonanya apa," ujar Fachrul.
"Ada yang sebagian memulangkan, belakangan kemudian mendatangkan kembali. Ada yang memulangkan semua, dan pelan-pelan kemudian mendatangkan kembali," tuturnya
Namun demikian, menurut Fachrul, mengontrol pengendalian virus di lingkungan pesantren lebih mudah dibandingkan di sekolah.
Sebab, di pesantren, santri, ustaz maupun guru berada di lingkungan yang sama dalam waktu lama dan tidak keluar masuk setiap hari sebagaimana siswa dan guru di sekolah.
"Begitu santri masuk, ustaz-ustaz masuk, mereka nggak ke mana-mana lagi. Sehingga sudah betul-betul dia masuknya sehat, di dalam suasana sehat kemudian nggak boleh keluar lagi, protokol kesehatan diterapkan ya Alhdmulillah semua sehat," kata Fachrul.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/07/18225531/menag-covid-19-klaster-santri-hanya-terjadi-di-3-pesantren