Salin Artikel

95.418 Kasus Covid-19 di Indonesia dan Munculnya Klaster Rumah Sakit

Informasi ini disampaikan pemerintah melalui Satuan Tugas Covid-19 yang dilihat Kompas.com pada Jumat (24/7/2020) sore.

Dalam data yang dihimpun hingga Jumat pukul 12.00 WIB, saat ini ada 95.418 kasus Covid-19 di Tanah Air, terhitung sejak kasus pertama yang diumumkan pada 2 Maret 2020.

Jika dibandingkan data kemarin, berarti ada 1.761 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Sebanyak 1.761 kasus baru ini didapatkan setelah dilakukan pemeriksaan 24.965 spesimen dari 14.143 orang yang diambil sampelnya.

Total, pemerintah sudah melakukan pemeriksaan 1.335.889 spesimen dari 777.100 orang yang diambil sampelnya.

Dengan catatan, satu orang bisa diambil sampelnya lebih dari satu kali.

Data sebaran kasus konfirmasi baru

Kasus Covid-19 saat ini sudah tercatat di 34 provinsi atau semua provinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Papua.

Secara khusus, diketahui sudah ada 470 kabupaten/kota yang terdampak penularan virus corona. Jumlah ini bertambah satu daerah dibandingkan data pada Jumat (23/7/2020).

Adapun, lima provinsi dengan penambahan kasus tinggi dalam sehari adalah:

1. Jawa Timur dengan 496 kasus baru

2. DKI Jakarta dengan 297 kasus baru

3. Jawa Tengah dengan 124 kasus baru

4. Jawa Barat dengan 91 kasus baru

5. Kalimantan Selatan dengan 90 kasus baru

Data pasien sembuh dan meninggal

Berdasarkan data dalam periode yang sama, diketahui ada 53.945 pasien Covid-19 yang kini sembuh dan tidak lagi terinfeksi virus corona.

Mereka dinyatakan sembuh setelah dua kali pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) memperlihatkan hasil negatif virus corona.

Dibandingkan data pada 23 Juli, berarti ada penambahan 1.781 pasien Covid-19 yang sembuh.

Akan tetapi, pemerintah juga mengungkapkan bahwa masih ada kabar duka dengan adanya penambahan pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Selain itu, diketahui kini ada 4.665 pasien Covid-19 yang tutup usia selama masa pandemi.

Berarti, ada penambahan 89 pasien meninggal dalam periode 23-24 Juli 2020.

Selain itu, pemerintah memastikan sudah ada 53.702 orang yang berstatus suspek.

Penyebab kasus terus naik

Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan penyebab terus bertambahnya kasus pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Menurut Wiku, kondisi itu disebabkan perubahan perilaku masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan belum maksimal.

Sebagian masyarakat belum menyesuaikan diri dengan era kenormalan baru.

"Buktinya kasusnya kok naik terus. Pasti kalau kasus masih naik, perubahan perilaku masyarakat belum terjadi secara maksimal," ujar Wiku dalam talkshow yang digelar daring oleh Satgas Penanganan Covid-19, Jumat (24/7/2020).

Menurut Wiku, ada beberapa tahapan sikap masyarakat selama pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia.

Pertama, saat orang tahu soal penyakit Covid-19 dan cara penularannya.

Kedua, orang yang memahami Covid-19 berikut cara penularan dan cara pencegahannya.

Ketiga, orang yang melakukan pencegahan agar penyakit tersebut tidak menular kepada dirinya.

"Padahal yang kita cari itu yang melakukan. Kalau kita sudah melakukan apa yang kita ketahui dan pahami itu baru benar," ucap Wiku.

Menurut Wiku, yang lebih penting, tindakan tersebut harus dijadikan solidaritas dan gotong royong di tengah masyarakat.

"Menurut saya, selama empat bulan ini sebagian masyarakat sudah melakukan protokol kesehatan. Tapi masih banyak yang belum. Kalau sudah banyak yang melakukan, laju kasus positit seharusnya bisa di rem," tutur Wiku.

"Jika hanya sebagian saja masyarakat tahu dan melakukan itu tidak cukup. Sebanyak 50 persen saja juga tak cukup. Dan mungkin karena pandemi sudah begitu lama, masyarakat mungkin lengah," tambah dia.

Wiku mengingatkan pentingnya berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Sebab, masyarakat yang lengah rentan terjangkit virus corona.

"Virus ini tinggal menanti saja. Siapa yang lengah. Dicari siapa yang enggak melakukan protokol kesehatan kan, itu namanya lengah," ujar Wiku.

Wiku menekankan soal berbahayanya virus corona jika tertular. Ia berharap masyarakat juga tidak menganggap enteng.

Menurut dia, angka kasus positif Covid-19 akan selalu naik jika masyarakat tidak waspada dalam mencegah penularan virus corona.

Misalnya dengan selalu menggunakan masker di ruang publik, menjaga jarak fisik dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

"Kita harus tahu virus ini sangat berbahaya. Jadi tidak boleh dianggap enteng. Kalau anggap enteng, buktinya kasus positif naik terus. Jadi ini penting sekali bagi masyarakat agar waspada," ungkap dia.

Klaster rumah sakit

Dalam kesempatan yang sama Wiku mengatakan, belakangan ini tercatat penambahan jumlah klaster penularan Covid-19 di rumah sakit.

Keberadaan klaster ini menunjukkan bahwa penularan Covid-19 kini tak hanya terpusat di pada aktivitas sosial.

"Sekarang tidak hanya klaster di kegiatan sosial saja. Terlihat sekarang meningkat di klaster rumah sakit," ungkap Wiku.

Perkembangan penularan dari klaster ini, kata dia, relatif cukup tinggi di sejumlah tempat.

Misalnya saja, di Wlingi, Jawa Timur; Yogyakarta; Kebon Jeruk serta Cempaka Putih di DKI Jakarta.

"Jadi ini menunjukkan bahwa kita mulai lengah. Dan terjadi salah satunya di rumah sakit. Padahal rumah sakit adalah jantung kita (dalam menangani Covid-19)," ucap Wiku.

Klaster rumah sakit ini membuat banyak tenaga kesehatan terpapar Covid-19.

Wiku meminta tenaga kesehatan dan rumah sakit disiplin menjalankan protokol kesehatan.

"Jadi tenaga kesehatan harus disiplin, istirahat cukup, dan benar-benar menjaga kesehatan dan dicukupi fasilitasnya," tambah Wiku.

https://nasional.kompas.com/read/2020/07/25/09224981/95418-kasus-covid-19-di-indonesia-dan-munculnya-klaster-rumah-sakit

Terkini Lainnya

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke