Dalam kesempatan tersebut, Tito meminta pemerintah daerah responsif terhadap kebutuhan masker bagi masyarakatnya.
“Harus disertai gerakan masif bagi masker, karena ada juga masyarakat kita tahu pentingnya masker tapi tidak bisa mengadakan masker,” ujar Tito sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemendagri, Jumat.
Selain itu, Tito meminta pemda tidak lelah menyosialisasikan pentingnya menggunakan masker.
Menurutnya, masyarakat harus memahami pentingnya melindungi sistem pernapasan menggunakan masker.
"Sebab yang diserang (oleh Covid-19), adalah sistem pernapasan," tegas Tito.
Sementara terkait penanganan Covid-19 di Kota Surabaya, Tito meminta agar pelaksanaannya lebih terkoordinasi dengan daerah di sekitarnya.
Dia menyebut, Kota Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur kondisinya mirip DKI Jakarta.
Sebab, kota tersebut bersinggungan secara geografis dan sosial dengan daerah di sekitarnya.
"Ada ‘efek ping-pong’ sebagai dampak keterkaitan antara Surabaya dan daerah penyangganya," ujar Tito sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemendagri, Jumat.
“Kita kemarin sudah ke semua daerah untuk menyamakan persepsi, kalau ada PSBB waktunya disamakan, serempak, jadi jangan sampai PSBB-nya di sini dan yang lain kendor,” jelasnya menegaskan.
Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik ini, Kota Surabaya perlu melakukan koordinasi khusus di tingkat provinsi agar pelaksanaan dan penanganan Covid-19 lebih efektif.
Tito mengingatkan otoritas koordinasi dalam hal ini berada di tingkat provinsi.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga mengingatkan pentingnya sosialisasi dalam melaksanakan protokol kesehatan hingga ke tingkat satuan terkecil dalam masyarakat.
Protokol yang dimaksud antara lain menggunakan masker, mecuci tangan, penggunaan handsanitizer, hingga melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Diberitakan, Surabaya menjadi kota dengan rasio kematian tertinggi akibat virus corona Covid-19.
Demikian dipaparkan Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah saat mendampingi Presiden Joko Widodo dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (24/6/2020).
Dewi mengatakan, pihaknya menggunakan rasio kematian dengan jumlah penduduk untuk mengukur tingkat kematian di tiap daerah. Hasilnya, rasio kematian di Surabaya tertinggi yakni 9,8 per 100.000 penduduk.
Di bawah Surabaya ada Banjarmasin (9,4), Manado (8,02), Jakarta Pusat (8,01) dan Makassar (4,9).
"Pertama Surabaya, Banjarmasin, Manado, Jakarta Pusat, dan kelima Makassar," ujar Dewi sambil mempresentasikan bahan paparan di hadapan Presiden Jokowi.
Dewi juga memaparkan bahwa rasio tingkat penularan Covid-19 di Surabaya juga cukup tinggi. Ada 107,6 orang yang positif Covid-19 per 100.000 penduduk di Surabaya.
Jumlah tersebut hanya kalah dari Jakarta Pusat (149,2) dan Jayapura (108).
Dewi menilai Surabaya dan daerah lain dengan penularan tinggi harus menjadi perhatian bersama.
"Ini adalah PR kita bersama dan monitoring kita bersama bagaimana kita dapat bergerak menuju perbaikan untuk daerah dengan laju penularan tinggi," kata dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/26/18221741/kunjungi-surabaya-mendagri-minta-pemda-responsif-soal-kebutuhan-masker-warga