Hal tersebut dikarenakan pandemi Covid-19 yang terjadi di Tanah Air belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.
"Pembukaan kegiatan sekolah atau madrasah dan perlindungan kesehatan menjadi dilema yang sangat sulit bagi pemerintah," ujar Ma'ruf saat memberikan sambutan di acara seminar nasional yang digelar Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKTD) secara daring, Rabu (24/6/2020).
Dilema tersebut pun tanpa alasan. Salah satunya, pembelajaran jarak jauh sebagai bentuk perlindungan kesehatan siswa.
Belajar dari rumah yang dilaksanakan selama pandemi Covid-19 ini ternyata menimbulkan persoalan ketidaksetaraan.
"Banyak rumah tangga yang tidak dapat memiliki akses terhadap internet. Menurut SUSENAS-BPS tahun 2018, ada sekitar 61 persen anak tidak memiliki akses internet di rumahnya," ujar Ma'ruf.
Menurut Ma'ruf, hasil studi di beberapa negara menunjukkan, gangguan pendidikan dapat menyebabkan dampak jangka panjang bagi anak-anak, yang merupakan kelompok rentan.
Padahal, pendidikan tak hanya memberikan keamanan dan perlindungan tetapi juga harapan masa depan bagi para siswa.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah pun sedang menyiapkan kebijakan dan langkah untuk memberikan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh tersebut.
Adapun yang sudah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19 di era tatanan kenormalan baru adalah sekolah, madrasah, atau pesantren yang ada di daerah zona hijau.
"Saya ingin menegaskan bahwa pertimbangan untuk dapat memberlakukan tatanan normal baru, termasuk memulai kegiatan belajar mengajar, adalah pertimbangan kriteria yang aman Covid-19," katanya.
"Hanya daerah yang masuk zona hijau yang dapat memulai kegiatan persekolahan secara tatap muka," kata dia.
Selain itu, protokol kesehatan yang ketat juga harus diterapkan agar tetap aman dari Covid-19.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/24/15285591/pembukaan-kegiatan-pendidikan-di-tengah-pandemi-corona-jadi-dilema