Retno mengatakan, ada tiga hal yang dibicarakan dengan Duta Besar China.
Pertama, Pemerintah Indonesia meminta klarifikasi terkait pelarungan ABK, apakah sesuai standar internasional atau tidak.
"Kedua, pemerintah Indonesia menyampaikan keprihatinan mengenai kondisi kehidupan di kapal dan tidak sesuai dan dicurigai menyebabkan kematian 4 awak kapal Indonesia," kata Retno dalam konferensi video, Kamis (7/5/2020).
Retno mengatakan, poin terakhir, pemerintah meminta dukungan Pemerintah China untuk pemenuhan tanggung jawab atas hak ABK Indonesia.
"Untuk membantu pemenuhan tanggung jawab atas hak awak kapal termasuk pembayaran gaji yang belum dibayarkan dan kondisi kerja yang aman," ujar dia.
Retno mengatakan, dalam pembicaraan tersebut, Dubes China menyatakan, akan menyampaikan permintaan Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Pusat China.
Tak hanya itu, Pemerintah China memastikan perusahaan kapal akan bertanggung jawab sesuai kontrak yang disepakati dengan ABK.
Lebih lanjut, Retno mengatakan, Pemerintah Indonesia juga meminta Pemerintah China untuk menyelidiki kapal-kapal yang terlibat, kondisi situasi kerja, dan perlakuan terhadap pekerja.
"Jika dari penyelidikan terjadi pelanggaran maka kita akan minat otoritas RRT agar dilakukan penegeakan hukum secara adil," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, berdasarkan keterangan Retno, ada tiga ABK Indonesia yang meninggal dunia di kapal China dan dilarung ke laut. Sementara itu, satu ABK meninggal dunia di rumah sakit.
Retno mengatakan, tiga ABK Indonesia yang dilarung ke laut itu merupakan awak kapal dari Kapal Long Xin 629.
Pertama, ABK berinisial AR mengalami sakit pada 26 Maret 2020, kemudian dipindahkan ke Kapal Tian Yu nomor 8 untuk diobati di pelabuhan.
Namun, belum sempat menerima pengobatan, AR meninggal dunia pada 31 Maret 2020. AR pun dilarung ke laut atas persetujuan keluarga.
"Dari informasi yang diperoleh KBRI pihak kapal telah memberi tahu pihak keluarga dan mendapat surat persetujuan pelarungan di laut dari kelurga tertanggal 3 maret 2020, pihak keluarga juga sepakat menerima kompensasi kematian dari kapal Tian Yu 8," kata Retno
Sementara itu, Retno mengatakan, dua ABK Indonesia lainnya meninggal dunia di Kapal Long Xin 629 saat berlayar di Samudera Pasifik pada Desember 2019.
Retno mengatakan, terkait dua ABK Indonesia yang dilarung pada Desember 2019, Kemenlu telah menghubungi pihak keluarga agar hak-hak ABK tersebut dapat terpenuhi.
Ia juga mengatakan, pada 26 April 2020 KBRI Seoul mendapatkan informasi ada satu ABK Indonesia dari Kapal Long Xin 629 berinisial EP yang mengalami sakit.
Namun, EP meninggal dunia ketika dibawa ke rumah sakit di Pelabuhan Busan.
"Atas permintaan KBRI, agen untuk bawa ke RS tapi saudara EP meninggal di RS. Dari keterangan kematian Busan Medical Center, beliau meninggal karena pneumonia. Saat ini, diurus kepulangan jenazah," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/07/22040761/pemerintah-ri-minta-bantuan-china-usut-kapal-yang-larung-abk-indonesia