Salin Artikel

Bermacam Kisah soal Sulitnya Dapat Penanganan dan Pemeriksaan Covid-19...

Di antaranya adalah para wartawan yang pernah berinteraksi dengan Budi Karya selama sepekan terakhir. Pemeriksaan dilakukan karena Budi Karya Sumadi saat ini diketahui sebagai pasien Covid-19.

Di sejumlah negara, mereka yang melakukan kontak dekat dengan pasien Covid-19 umumnya mendapatkan penindakan, baik itu diminta karantina atau isolasi, serta pemeriksaan.

Di Indonesia, orang yang belum menunjukkan gejala sakit tetapi baru pulang dari negara atau wilayah episentrum virus corona dikategorikan sebagai Orang dalam Pemantauan (ODP).

Bagi mereka yang belum sakit tetapi sudah kontak dengan pasien Covid-19 juga bisa masuk kategori ODP.

Sedangkan, mereka dengan kategori sama tetapi sudah menunjukkan gejala sakit, mereka bisa masuk kategori Pasien dalam Pengawasan (PDP).

Namun, sejumlah RS Rujukan Covid-19 justru memberikan penolakan saat wartawan berinisiatif untuk memeriksakan diri. Padahal, mereka berinisiatif untuk mengetahui apakah sudah dikategorikan sebagai ODP dan berharap ada tindak lanjut dari pemerintah.

Penolakan ini terjadi pada Minggu (15/3/2020), sehari setelah Istana Kepresidenan mengumumkan Budi Karya positif virus corona

Bahkan, ada juga kisah mereka yang dikategorikan sebagai PDP, namun mendapat penanganan tak optimal.

Dia bahkan dimasukkan ke ruang isolasi sempit, yang diisi enam orang dengan kerentanan yang sama.

Berikut paparannya:

"Nanti sembuh sendiri..."

Seorang jurnalis radio yaitu R, misalnya, ditolak mentah-mentah saat memeriksakan diri ke RSUP Persahabatan. Ia mengaku datang ke rumah sakit rujukan pemerintah di Jakarta Timur itu pada pukul 09.00 WIB.

Setibanya di sana, R bertanya kepada petugas terkait pemeriksaan Covid-19. R menjelaskan bahwa dirinya mengalami batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan sesak nafas.

Selain itu, ia juga menjelaskan dirinya sempat bertemu Menhub Budi Karya. Bukannya diperiksa, R malah diminta pulang ke rumahnya.

"Saya diminta makan yang sehat, tidur, istirahat, nanti juga sembuh," kata R.

Namun, R tetap berusaha meyakinkan petugas RS terkait kondisinya. Petugas tersebut justru marah sambil mengeluh kewalahan menangani banyaknya orang yang memeriksakan diri ke RSUP Persahabatan.

"Dia sambil marah bilang, 'jujur saja kami sudah kewalahan dari kemarin ruangan sudah penuh. Kami hanya melayani yang sudah daftar kemarin.' Terus dia minta dua satpam untuk jaga pintu ruangan supaya enggak ada yang masuk," kata R.

Namun R juga tidak dites usap alias swab, untuk pengecekan apakah dia positif atau negatif corona. R diminta melakukan isolasi mandiri di rumah dan baru kembali ke RSPI Sulianti Saroso jika kondisinya makin parah dalam beberapa hari mendatang.

"Tes swab itu akan dilakukan kalau setelah masa isolasi beberapa hari gejala makin parah," kata dia.

Ditolak tiga rumah sakit

Hal serupa dialami B, seorang wartawan media cetak. Bahkan B sudah mendatangi tiga rumah sakit rujukan di Jakarta dan ditolak oleh ketiganya.

Ia awalnya datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pukul 10.00 WIB. RS itu merupakan rujukan pemerintah yang paling dekat dari rumahnya.

B lantas menceritakan kepada petugas bahwa dirinya sempat melakukan kontak dekat dengan Menhub Budi Karya.

Setelah menceritakan hal tersebut, petugas IGD justru meminta B pergi ke rumah sakit rujukan lainnya.

"Petugas IGD bilang, kalau ada kontak langsung (dengan positif corona) ke RSPI Sulianti Saroso atau RS Persahabatan saja," kata B.

B lalu bergerak menuju RSUP Persahabatan sesuai instruksi petugas itu. Di sana, ia bertemu dengan sekitar 30 wartawan lainnya yang juga sempat kontak dengan Budi Karya.

Para wartawan diminta mengisi form terkait kontaknya dengan pasien positif dan gejala yang dialami. Setelah itu, wartawan hanya diminta menunggu kabar selanjutnya.

"Sampai siang kami cuma tunggu, sampai akhirnya ada kabar itu. Kalau lebih dari 30 orang enggak bisa hari ini karena alatnya enggak siap. Terus dibilang balik lagi besok," kata B.

Terakhir, B mencoba mendatangi RSUD Pasar Minggu. Namun lagi-lagi ia ditolak karena hanya mengalami batuk dan pilek ringan.

"Di Pasar Minggu karena enggak ada gejala, enggak diperiksa," kata dia.

Akhirnya B pun pasrah dan pulang ke rumah.

Ruang isolasi penuh

Wartawan lain, yaitu T, mendatangi RSUD Pasar Minggu namun mendapat penolakan serupa. Ia diminta datang lagi keesokan harinya karena posko Covid-19 tutup di akhir pekan.

T yang tengah mengalami batuk, pilek, sesak, dan belum lama ini kontak dengan Budi Karya itu tetap ngotot minta diperiksa. Akhirnya petugas pun mengakui bahwa kondisi ruang isolasi sudah penuh.

"Kata petugasnya satu ruang isolasi penuh, satu ruangan bisa diisi sampai empat orang. Mereka juga sedang menunggu pasien bisa dirujuk ke rumah sakit lain," kata T.

Setelah petugas itu blak-blakan menjelaskan kondisi ruang isolasi, maka T pun memutuskan untuk pulang. Ia khawatir kondisi ruang isolasi yang diisi empat orang justru bisa membuatnya tertular.

"Saya lebih baik karantina mandiri saja di rumah, daripada ketularan," ucap dia.

Di rumah sakit tersebut, ada juga seorang yang sudah dinyatakan sebagai Pasien dalam Pengawasan namun cukup lama mendapat penanganan lanjutan.

Bahkan, dia diminta menunggu sejak siang hingga hampir tengah malam sebelum bisa dipindah ke rumah sakit rujukan.

Selama menunggu, dia ditempatkan di ruang isolasi yang diisi enam orang yang juga menyatakan pernah kontak dekat dengan pasien Covid-19.

Kisahnya dapat dibaca selengkapnya: Satu Malam Berkerumun di Ruang Isolasi RSUD Pasar Minggu...

Hingga saat ini belum ada penjelasan dari pemerintah untuk menangani berbagai permasalahan terkait penanganan ini, terutama bagi orang yang menyatakan pernah melakukan kontak dekat dengan pasien positif virus corona atau Covid-19.

Sejauh ini, diketahui bahwa pihak rumah sakit belum siap dalam menghadapi penumpukan pasien.

Dilansir dari Kumparan, Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Rogayah mengaku bahwa pihak RS belum menyiapkan fasilitas untuk lonjakan pasien.

"Karena kami mesti menyiapkan dulu, enggak bisa. Enggak bisa tiba-tiba datang 30 orang," kata Rita saat dihubungi wartawan, Minggu (15/3/2020).

"Karena kami baru menyiapkan nih apa strategi. Karena saat ini pasien yang ada. Masa mau digabung. Nanti saya umumin deh kasihan wartawan nunggu-nunggu," ujar dia.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/10222431/bermacam-kisah-soal-sulitnya-dapat-penanganan-dan-pemeriksaan-covid-19

Terkini Lainnya

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke