Demikian diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di kantornya, Jakarta, Selasa (25/2/2020).
"Cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Jabodetabek beberapa hari terakhir secara dominan dipicu oleh faktor dinamika atmosfer lokal," ujar Dwikorita.
Secara sederhana, dinamika atmosfer lokal merupakan fenomena pertemuan masa udara dan terpusat di satu wilayah.
Selain itu, di waktu yang bersamaan, terjadi pula labilitas udara yang kuat.
Fenomena tersebut, lanjut Dwikora, terjadi di wilayah Jawa Barat bagian barat, termasuk Jabodetabek.
Hasilnya, curah hujan tinggi terjadi secara merata dan terjadi dalam kurun waktu yang panjang di wilayah-wilayah tersebut.
"Dan terukur mulai tanggal 24 Februari pukul 07.00 WIB hingga 25 Februari pukul 07.00 WIB, khususnya di wilayah Kemayoran adalah yang mencapai yang tertinggi, yakni 278 mm," ujar Dwikora.
"Ini sudah melampaui 150 mm. Berarti merupakan intensitas hujan ekstrem," lanjut dia.
Diketahui, hujan deras melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek, beberapa hari terakhir, sehingga menyebabkan banjir dan genangan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta M Insaf mengatakan, ketinggian banjir bervariasi.
"Hingga (Senin) pukul 12.00 WIB, terdapat 294 RW atau 10,74 persen RW di DKI Jakarta (terendam banjir) dengan ketinggian banjir maksimal 200 sentimeter yang terjadi di Kelurahan Cawang," ujar Insaf dalam siaran pers.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/25/15382341/ini-penjelasan-bmkg-soal-cuaca-ekstrem-di-jabodetabek