Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazier Foead usai bertemu Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2020).
"Dalam kajian kami yang perlu direstorasi prioritasnya ada 2,6 juta hektar. Nah itu dihitung karena kerusakan, bekas terbakar, dan mencegah kebakaran lagi," ujar Nazier.
Nazier mengatakan, dari 2,6 juta hektar lahan gambut tersebut terdapat 900.000 hektar lahan yang berada di luar konsesi dan 1,7 jita hektare lahan sisanya berada dalam konsesi.
Bagi lahan yang di luar konsesi, kata dia, pihaknya telah bekerja sama dengan mitra-mitra tertentu dalam rangka restorasi gambut.
Mulai dari pembasahan dan infrastruktur pembasahan gambut itu sendiri.
"Diperkirakan cakupan luasnya, perkiraan kami sekitar 780.000 sampai 2019. Jadi masih ada 120.000 (yang belum tertangani)," kata dia.
Jumlah tersebut, kata dia, akan dikerjakan tahun ini sembari menjaga restorasi yang sudah dilakukan tahun sebelumnya agar tak rusak lagi.
Sementara bagi lahan gambut konsesi, terdapat 550.000 hektar di antaranya yang digunakan sebagai lahan kelapa sawit oleh perusahaan-perusahaan.
Dari luasan tersebut, pihaknya bersama tim dari Kementerian Pertanian dan pakar gambut universitas telahmemberikan bimbingan dan supervisi kepada 90 lebih perusahaan. Luasnya mencapai 399.000 hektare.
"Jadi masih utang 150.000 hektar. Sisanya 1,2 juta hektar di HTI, disupervisi oleh Kementerian LHK," kata dia.
Sebab, upaya restorasi ini pekerjaan yang panjang, kata dia, malah terobosan ilmiah agar lahan tersebut tetap produktif dilakukan.
Utamanya untuk menjaga agar lahan gambut tersebut tetap basah agar tak mudah terbakar.
https://nasional.kompas.com/read/2020/02/14/20034611/26-juta-hektar-lahan-gambut-diprioritaskan-untuk-direstorasi-tahun-ini