Setiap langkah yang akan ditempuh, sebut dia, harus dilakukan dengan perhitungan yang matang demi menghindari terjadinya perang yang lebih luas.
"Harapan saya adalah apa yang harus dilakukan oleh Amerika Serikat, Iran, dan Irak dan juga dunia pada umumnya, agar sebuah peperangan di kawasan yang rakyatnya sudah cukup menderita itu dapat dicegah dan dihindari," tulis SBY seperti dikutip Kompas.com dari akun Facebook resminya, Rabu (8/1/2020).
Ketua Umum Partai Demokrat itu mengatakan, perang kerap terjadi karena kesalahan kalkulasi.
Perang Dunia I, misalnya, yang mengakibatkan lebih dari 40 juta jiwa tewas lantaran terbunuhnya Pangeran Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria di Sarajevo pada bulan Juni 1914.
Peristiwa yang menyulut peperangan besar ini sering disebut sebagai "kecelakaan sejarah" (unexpected accident).
Demikian halnya Perang Dunia II yang terjadi di wilayah Pasifik yang dipicu oleh serangan mendadak angkatan udara Jepang terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, 7 Desember 1941.
Akibatnya, 70 juta hingga 85 juta jiwa orang meninggal dunia baik di Eropa maupun kawasan Pasifik.
"Para ahli sejarah mengatakan bahwa Jepang menyerang Amerika Serikat itu adalah sebuah kesalahan. Diibaratkan Jepang sebagai membangunkan macan tidur. Kesalahan itu sebuah strategic miscalculation yang dilakukan oleh para politisi dan jenderal-jenderal militer Jepang,” ujar SBY.
"Kejadian miskalkulasi ini atau salah hitung, kerap menjadi faktor yang mendorong terjadinya peperangan. Demikian juga kejadian di lapangan, yang tak terduga, seperti yang terjadi di Sarajevo tahun 1914 dulu," tuturnya.
Oleh sebab itu, SBY berharap agar para pemimpin dunia serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat terus menyerukan perdamaian dan tidak melakukan pembiaran atas segala bentuk tindakan yang dapat mengancan umat manusia yang ada di Timur Tengah.
"Terlalu berbahaya jika nasib dunia, utamanya nasib 600 ratus juta lebih saudara-saudara kita yang hidup dan tinggal di kawasan itu, hanya diserahkan kepada para politisi dan para jenderal Amerika Serikat, Iran dan Irak," kata SBY.
"Timur Tengah dan bahkan dunia akan bernasib buruk jika para politisi, diplomat dan jenderal di negara-negara itu melakukan kesalahan yang besar," tutur dia.
Sebelumnya, Iran melalui Garda Revolusi menyatakan, mereka menghujani markas pasukan AS dan sekutunya di Irak dengan "puluhan rudal".
Operasi itu dikatakan merupakan pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh AS pada Jumat pekan lalu (3/1/2020).
Dilansir Sky News pada Rabu (8/1/2020), "puluhan rudal" itu ditembakkan Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi Iran, dan dinamai "Martir Soleimani".
Sumber keamanan kepada AFP mengungkapkan, serangan itu terjadi dalam tiga gelombang selepas tengah malam waktu setempat.
Setidaknya sumber itu menghitung ada sembilan rudal yang menghantam markas pasukan AS di Ain al-Assad, barat Irak.
Sementara Pentagon menerangkan serangan juga terjadi di instalasi yang menampung koalisi internasional pimpinan AS di Arbil.
Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman, menyatakan rudal itu ditembakkan pukul 17.30 waktu AS pada Selasa (7/1/2020).
"Sudah jelas bahwa serangan tersebut berasal dari Iran, dan menargetkan dua pangkalan militer Irak di al-Assad dan Arbil," ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/08/13353181/sby-harap-iran-irak-dan-as-menahan-diri