Menurut dia, negara lalai merespons cepat situasi yang terjadi. Sebab sebelumnya, sudah ada janji dari pihak tim penyelesaian konflik yang notabene dari pemerintah untuk turun ke lapangan menemui SMB.
"Janji mereka turun ke lapangan pada tanggal 12-13 Juli untuk dialog dengan masyarakat SMB," ujar Era usai audiensi dengan Komnas HAM, di Kantor Komnas HAM, Senin (5/8/2019).
Kelompok SMB menunggu kedatangan tim tersebut pada tanggal 13 Juli untuk berdialog terkait permasalahan yang terjadi. Namun sangat disayangkan tim tersebut justru tidak datang.
"Dalam situasi konflik, negara tidak boleh memberi janji karena itu bisa memicu situasi jadi tidak kondusif," kata dia.
Lantaran dialog tidak terjadi, maka SMB pun mengutus beberapa orang ke pos perusahaan, yakni Distrik VIII untuk meminta supaya lahan dikosongkan di hari yang sama.
"Waktu itu sudah ada aparat TNI dan mereka (TNI dan Polisi) melarang mereka sampai kemudian ada dugaan ancaman terhadap beberapa orang SMB," kata Era.
"Lalu orang SMB kembali ke posnya mereka dan kembali lagi membawa banyak massa sehingga terjadi penyerangan," lanjut dia.
Atas penyerangan inilah para anggota SMB ditangkap, yakni karena menganiaya personel TNI.
Namun yang menjadi janggal adalah ditangkapnya lagi orang-orang SMB secara besar-besaran, termasuk sang ketua, Muslim pada 18 dan 19 Juli 2019.
Ratusan aparat bahkan dikerahkan untuk menangkap Muslim beserta anggotanya sehingga membuat warga ketakutan.
"Yang pasti di situ ada perempuan dan anak. Diduga di situ juga ada perempuan hamil. Istri Muslim, kabar terakhir sedang hamil ada di dalam (penjara) juga anak kecil 4-5 tahun entah di dalam (penjara) atau dimana karena kami tidak bisa akses ke dalam," kata dia.
Kendati demikian, Era menyebut bahwa detail kejadian pastinya seperti apa, masih menjadi misteri.
Penjelasannya tersebut merupakan hasil dari investigasi dan temuan dari YLBHI sendiri.
Sebabnya adalah karena orang-orang SMB sebagian besar sudah ditangkap polisi.
Bahkan para petinggi kelompok tersebut dan masyarakat lainnya juga tetap disisir aparat hingga saat ini sehingga tak ada yang berani bicara.
"Dari informasi yang saya terima, di sana sudah diratakan semua. Jadi ini juga menghilangkan kesempatan tersangka untuk membuktikan dirinya tidak bersalah, termasuk membunuh karakter SMB itu sendiri," kata dia.
"Terlepas dari apapun, misalnya ada konflik lahan, gesekan dengan kelompok-kelompok lain. Tapi antara tanah dengan apa yang ada di atas tanah itu bisa jadi pemiliknya berbeda," pungkas dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/05/18573901/ylbhi-nilai-ada-unsur-kelalaian-negara-dalam-penangkapan-smb-jambi