Salin Artikel

Trisakti Muhammadiyah, Jangan Gagap Menghadapi Zaman

MUHAMMADIYAH dibentuk oleh Kiai Dahlan untuk merespons keadaan sosial-masyarakat di dekade awal abad ke-20 yang sangat terpuruk.

Kondisi pendidikan sangat tidak layak, bahkan banyak masyarakat tidak mendapatkan hak pendidikannya akibat sikap diskriminasi VOC Belanda yang hanya memprioritaskan kaum ningrat yang memperoleh pendidikan.

Begitu pula kondisi perekonomian, sangat jauh dari kata cukup, ditambah dengan munculnya berbagai macam penyakit yang menimpa masyarakat akibat dari kekurangan nutrisi makanan yang bergizi.

Itulah zaman malaise; sebuah keadaan yang serba lesu dan sulit di berbagai bidang.
Berbasis data dan fakta di lapangan kala itu: bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan bidang sosial yang tidak dipikirkan oleh banyak orang, maka Kiai Dahlan berinisiatif membuat organisasi kemasyarakatan bercorak sosial-keagamaan.

Organisasi tersebut dinamakan Muhammadiyah, didirikan pada 18 November 1912 di kota Yogyakarta. Sebagai gerakan sosial-keagamaan yang lahir dan tumbuh di perkotaan, ia memiliki corak keagamaan yang relatif berbeda dengan masyarakat yang berada di kultur perdesaan.

Yogyakarta ketika itu, berada di bawah hegemoni kultural keraton, dominasi politik Belanda kolonial dan dominasi ekonomi golongan Tionghoa.

Islam merupakakan fenomena pinggiran, berada di kampung-kampung, tidak berada di pusat kota (Kuntowijoyo, 1991: 267-268).

Akibat pola keagamaan yang dihadapi bercorak sinkretik-tradisional maka gagasannya lebih pada purifikasi Islam dari syirik, bid’ah, dan khurafat. Hal tersebut dilakukan sebagai cara mengubah pola pikir masyarakat agraris ke masyarakat industrial, atau masyarakat tradisional ke masyarakat modern.

Segala sesuatu yang dianggap menghambat kemajuan, supaya ditinggalkan karena kehidupan di perkotaan lebih dinamis, mobil, dan kosmopolit. Berbeda dengan kehidupan masyarakat tradisional (agraris) yang settled, menempat, tidak mobil, cenderung kolot.

Trisakti Muhammadiyah awal

Pendidikan sebagai tugas utama yang mesti diemban oleh manusia sebagai khalifah di muka bumi menjadi sentral dari gerakan Muhammadiyah. Inilah Trisakti pertama.

“Menuntut ilmu itu dari sejak dalam kandungan hingga sampai ajal menjemput”, peribahasa Arab tentang pendidikan inilah yang menjadi rujukan.

Kiai Dahlan kala itu lantas merintis lembaga pendidikan ala “Barat” yang bertahan hingga saat ini, dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA total 7651 sekolah/madrasah, hingga Perguruan Tinggi 174 buah.

Pendidikan ini dalam rangka membangun karakter, integritas, etika, sikap anti korupsi, kepedulian lingkungan, untuk menyebut beberapa yang krusial. Hari ini bangsa ini sedang mengalami masalah berat terkait nilai-nilai tersebut.

Kedua, mendirikan lembaga kesehatan, Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO-PKU).
Lembaga ini merupakan upaya nyata merespons masalah kesehatan yang melanda anak-anak negeri kala itu.Hari ini dapat disaksikan ada 457 rumah sakit (PKU) di seluruh tanah air.

Kesehatan menjadi fokus sebagai metode menyelamatkan generasi bangsa dari berbagai macam penyakit secara lahiriah. Jiwa yang sehat akan melahirkan generasi tangguh dalam situasi apa pun.

Ketiga, yaitu pemberdayaan ekonomi umat; mendirikan koperasi, bank perkreditan rakyat. Hingga saat ini ada 137 lembaga keuangan yang dikelola Muhammadiyah. Hal ini dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi umat.

Trisakti Muhammadiyah tersebut selama satu abad ini menjadi benteng persyarikatan modern Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.

Trisakti ini tentu saja belum sempurna, perlu dibenahi di beberapa tempat yang masih menyisakan celah.

Dari situ sesungguhnya pengamalan surat Al-Maun, sebagai spirit pembebasan dari keterpurukan sosial bangsa Indonesia selama ini. Manusia seutuhnya akan tumbuh jika kapasitas pendidikannya terpenuhi, kesehatannya terjaga, dan tercukupi secara ekonomi.

Spirit surat Al-Maun ini dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, sehingga tidak ada kaum mustadz’afin (lemah) yang tidak diperhatikan oleh mereka yang lebih mampu secara material.

Kekuatan Muhammadiyah selama satu abad terakhir ini mampu melakukan transformasi masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kemandirian ekonomi umat.

Hal ini pula yang menjadikan imajinasi kebangsaan Muhammadiyah itu tidak muluk-muluk, berfokus pada minimal tiga bidang tersebut. Tidak ada lagi perdebatan soal ideologi bangsa.

Karena bagi Muhammadiyah, dalam amatan saya, masalah terbesar bangsa Indonesia yaitu dalam bidang pendidikan, kesehatan, serta kemandirian ekonomi.

Tiga hal krusial yang selalu diperbarui secara terus-menerus secara konten maupun manajemen serta mengikuti perkembangan zaman, khususnya di era digital industri 4.0 dan juga sebentar lagi 5.0.

Transformasi Trisakti Muhammadiyah ke depan

Memasuki era revolusi industri 4.0 dan 5.0 perlu reorientasi mengenai Trisakti Muhammadiyah. Hal ini mendesak dilakukan, mengingat zaman telah berubah, semangat pun berbeda dengan era sebelumnya. Belum lagi tantangannya yang semakin kompleks.

Sementara banyak pengelola di amal usaha Muhammadiyah baik di lembaga pendidikan, kesehatan, dan ekonomi perlu diintervensi kapasitasnya supaya dapat embedded dengan semangat revolusi industri 4.0 maupun 5.0.

Hal ini mutlak dilakukan agar tidak latah menghadapi gelombang yang luar biasa cepat akibat revolusi industri 4.0 apalagi 5.0.

Muhammadiyah sebagai tenda bangsa akan semakin berkibar dan harum namanya manakala mampu melakukan transformasi sosial dari masyarakat industrial konvensional ke arah industri 4.0 dan 5.0. Sebuah masyarakat siber, tidak sekadar modern, namun sudah sudah postmodern.

Yang dihadapi Muhammadiyah hari ini adalah tahayul, bid’ah, dan churafat (TBC) dalam bentuk-bentuk baru dalam dunia siber.

Di antaranya, otoritas keagamaan semakin bergeser dari ustaz/kiai tradisional-modern ke dunia siber; mereka yang mampu memaksimalkan platform-platform media sosial; fb, twitter, instagram, pod cast, you tube, dan semacamnya.

Adanya mediatisasi Islam melalui media sosial tampak dihadapi gagap oleh Muhammadiyah, belakangan baru disadari dan sedang mengejar ketertinggalannya.

Pada saat transformasi Trisakti Muhammadiyah ke depan dapat dilakukan secara cepat dan tepat maka akan mengikis kekhawatiran berubahnya pola keagamaan umat Islam Indonesia yang lebih dominan warna Islam politiknya, ketimbang value Islam yang mewarnai politik Indonesia.

Jebakan identitas Islam politik itu dapat diminimalisir manakala Muhammadiyah dan juga ormas Islam lainnya seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang telah berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia pro aktif dalam gerakan pendidikan, kesehatan, kemandirian ekonomi.

Tentu dengan menambahkan bidang-bidang mutakhir teknologi komunikasi informasi, industri 4.0, dengan segenap kompleksitasnya di tengah tarikan-tarikan politik yang sering kali menggoda libido kekuasaan.

Politik adalah rutinitas bangsa yang tidak perlu menghalangi hikmatnya Muhammadiyah melakukan transformasi Trisakti dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi serta bidang-bidang baru secara cepat.

Di situlah keunggulan Muhammadiyah, melakukan transformasi keumatan menuju transformasi kebangsaan dan akhirnya transformasi universal.

Tidak lagi bicara soal kuantitas jamaah lagi, namun lebih pada kualitas konten dan dampaknya bagi bangsa dengan fokusnya yang sudah teruji.

Wallahu’alam bisshawab.

https://nasional.kompas.com/read/2019/07/29/07000071/trisakti-muhammadiyah-jangan-gagap-menghadapi-zaman

Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke