Menurut dia, reformasi memang masih memiliki kekurangan dan kelemahan.
"Reformasi itu tidak sempurna, punya kekurangan, punya kelemahan dan sebagainya, makanya prosesnya tidak boleh berhenti," kata Adian usai berziarah ke makam empat mahasiswa yang menjadi korban Tragedi Trisakti, di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (12/5/2019).
Ziarah tersebut bertepatan dengan peringatan 21 tahun Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 Mei 1998.
Meski memiliki kelemahan, menurut Adian, reformasi menghasilkan beberapa hal, seperti munculnya partai politik baru serta kebebasan pers.
Namun, Adian berpandangan, tak semua orang belajar dari reformasi tersebut.
Ia menyinggung soal people power yang sebelumnya dilontarkan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais menyikapi hasil Pemilu 2019.
Adian mengaku, tidak ingin bangsa Indonesia kembali seperti zaman Orde Baru.
"Mereka (Prabowo Subianto dan keluarga Cendana) mau menggunakan lagi people power di bulan Mei, bulan di mana 21 tahun lalu kita gunakan people power untuk menjatuhkan mereka. Tapi kita bilang, mereka harus kalah. Untuk alasan apapun, kita tidak boleh biarkan bangsa ini kembali ke masa lalu, cukup korban-korban ini. Tidak boleh ada mahasiwa lagi jadi korban," ujar Adian.
Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi menentang pemerintahan Soeharto, di kampus Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.
Empat mahasiswa tersebut, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.
Sementara itu, dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/12/21415261/adian-napitupulu-kita-tidak-boleh-biarkan-kembali-ke-orde-baru