"Saya mengecam pelaku peristiwa ini, siapa dan dari kelompok manapun itu," kata Sekretaris Utama PGI Pendeta Gomar Gultom di Jakarta, Senin (22/4/2019), seperti dikutip Antara.
Gomar mengatakan, semua tindakan kekerasan yang menebarkan teror, kebencian, dan permusuhan, apalagi yang berakhir dengan pembunuhan, bertentangan dengan ajaran agama manapun.
"Peristiwa seperti ini lagi-lagi mengingatkan kita untuk tidak pernah mentolerir segala bentuk intoleransi dan kekerasan," katanya.
Ia menekankan bahwa tindak kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, hanya akan menimbulkan lingkaran kekerasan baru.
"Oleh karena itu, saya mengimbau seluruh komunitas dunia untuk mengedepankan peradaban yang mengedepankan dialog dan nilai-nilai kemanusiaan," ujarnya.
Menurut warta harian yang dikelola pemerintah setempat, Daily News, terjadi enam ledakan pada Minggu pagi dan dua lagi pada Minggu siang, di dalam dan luar ibu kota Sri Lanka, Kolombo.
Ledakan di antaranya terjadi di Gereja St. Anthony di Kochchikade, Gereja St. Sebastian di Negombo dan Gereja Zion di Batticaloa, serta tiga hotel di pusat Kolombo.
Jumlah korban tewas maupun luka akibat serentetan ledakan di gereja dan hotel mewah di Sri Lanka terus bertambah.
Laporan pihak kepolisian Sri Lanka menyebut jumlah korban tewas yang ditemukan sehari setelah insiden mencapai jumlah setidaknya 290 orang.
Sementara itu juru bicara kepolisian mengatakan hingga Senin pagi, jumlah korban luka dilaporkan mencapai 500 orang.
Pernyataan pemerintah Sri Lanka menyebut warga negara asing berada di antara korban tewas, dengan tiga dari India, tiga warga Inggris, dua asal Turki dan seorang warga Portugis.
"Selain itu masih ada sembilan warga negara asing yang dilaporkan hilang, sementara ada 25 jenazah tak teridentifikasi yang diyakini adalah warga asing," kata Menteri Luar Negeri Harin Fernando.
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/22/11550791/pgi-kecam-teror-bom-di-sri-lanka