Ia tetap menjalani aktivitas biasa seperti memasak atau pun mencuci pakaian. Bahkan keceriaan masih terpancar di wajah Puri, meski saat bertemu Kompas.com ia baru saja selesai menjalani kemoterapi.
Puri bercerita, jika energinya kini dapat terjaga meski harus menjalani serangkaian pengobatan yang padat setelah tinggal di Rumah Singgah Marsudi Husada milik Yayasan Kanker Indonesia (YKI) cabang Daerah Istimewa Yogyakarta di Sinduati Miati, Sleman.
Itu karena rumah singgah tersebut hanya berjarak 1 kilometer (km) dari Rumah Sakit (RS) DR. Sardjito, tempat Puri menjalani pengobatan kanker.
"Jika di awal pengobatan saya harus menempuh perjalanan 2 jam dari rumah (Kutoharjo), kini ke RS DR. Sardjito hanya 5 menit menggunakan sepeda motor," terang Puri kepada Kompas.com bersama sang suami yang setia menemaninya selama pengobatan, Selasa (26/3/2019).
Rumah singgah tersebut memang diperuntukan bagi penderita kanker yang tengah menjalani pengobatan. Di sini, para penderita kanker menempati tujuh ruangan yang dapat menampung 13 pasien dan menikmati berbagai fasilitas tak ubahnya seperti rumah sendiri.
Fasilitas tersebut antara lain adalah dapur, ruang tamu, ruang mencuci, gudang dan lainnya.
Puri tak sendiri, dirinya berjuang bersama dengan belasan penderita kanker lain yang menetap di rumah singgah tersebut.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua YKI cabang Yogyakarta, Dr. Sofia Mubarika mengatakan, jika proses pengobatan kanker harus dilakukan secara berjangka dan dengan jadwal yang padat.
Maka dari itu, adanya rumah singgah tersebut dapat membantu penderita kanker (khususnya masyarakat miskin) agar bisa menghemat biaya dan tenaga selama menjalani pengobatan.
“Siapa pun boleh menggunakan fasilitas di rumah singgah khusus kanker ini,” papar Dr. Sofia.
Terkendala ketersediaan kamar
Meningkatnya penderita kanker di Indonesia turut dirasakan oleh Rumah Singgah Marsudi Husada. Terkadang, beberapa penderita kanker dengan terpaksa tidak dapat menetap lantaran kuota kamar yang tersedia sedang habis.
“Akhirnya mereka yang tak dapat masuk harus merogoh kocek hingga Rp100.000 per hari untuk menyewa kamar agar dekat dengan rumah sakit Dr. Sardjito,” lanjut Dr. Sofia.
Tak ingin persoalan ini terus menerus terjadi, YKI cabang Yogyakarta sepakat mengembangkan rumah singgah tersebut agar dapat melayani penderita kanker lebih banyak lagi.
“Rencana pengembangan rumah singgah ini nantinya akan menambah 30 kamar dan fasilitas pendukung lainnya,” papar Dr. Sofia.
Dana pengembangan rumah singgah tersebut berasal dari berbagai donatur, salah satunya PT Berlico Mulia Farma dan Tolak Angin Sido Muncul yang memberikan donasi Rp 400 juta.
Ikatan emosional
Direktur Sido Muncul sekaligus PT Berlico Farma, Irwan Hidayat mengaku antusias kedua perusahaannya dapat terlibat dalam penanganan penderita kanker di Indonesia.
Maka dari itu, mendengar YKI cabang Yogyakarta membutuhkan dana untuk pengembangan rumah singgah, Irwan tak ragu untuk ikut berpartisipasi.
“Saya terharu dan ikut merasakan apa yang dialami para pasien di sini. Bantuan ini untuk meringankan mereka yang harus menjalani pengobatan” papar Irwan Hidayat kepada Kompas.com.
“Ayah saya meninggal pada 1991, jadi saya betul-betul mengerti rasanya,” tutur Irwan.
Mengingat pengembangan rumah singgah membutuhkan dana yang tidak sedikit, Irwan mengajak seluruh pengusaha lain untuk terlibat dalam kegiatan mulia ini.
“Semoga perusahaan lain tergerak hatinya untuk ikut terlibat,” lanjut Irwan.
Rencananya, peletakkan batu pertama akan dilakukan April tahun ini dan secara keseluruhan pengembangan rumah singgah tersebut akan menelan biaya Rp 5.1 miliar.
Dengan adanya rencana ini, YKI beserta Irwan Hidayat berharap penderita kanker di luar sana dapat tetap semangat dan energik saat menjalani pengobatan seperti Puri dan teman-teman lain yang menetap di rumah singgah Marsudi Husada.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/27/14474081/kisah-puri-dan-pentingnya-rumah-singgah-untuk-penderita-kanker